Mencari Murobbi Sejati

Bookmark and Share
Assalamualaikum Ikhwah dan Akhwat fillah...

Gerak kerja kita sudahpun dimulakan. Seluruh struktur telah dikerahkan, sasaran telah ditetapkan. Segala perbuatan sudah dipersiapkan meliputi kesadaran, manhaj, pengurusan, dana, pelatihan, penyeliaan dan penilaian.

Namun, jika apa yang telah dilakukan berbentuk struktur, kesadaran tenaga, pikiran, waktu dan pembiayaan tidak akan memiliki apa-apa makna tanpa penyertaan aktivis dakwah untuk menjalankannya.

Bagaimanakah untuk menjayakannya?

Setiap aktivis dakwah mestilah menjadikan dirinya sebagai ‘Murobbi’ bagi melakukan proses mentarbiyah umat mulai detik ini, menit ini dan hari ini. Bagi aktivis sejati, terlibat dalam sebuah pergerakan bukanlah karena terpaksa atau dipaksa.

Menjadi aktivis pergerakan adalah panggilan nurani menuju kehormatan dan kemuliaan abadi.

Dalam aktivitas pergerakan inilah kita mengukir cita-cita nan tinggi, setinggi bintang di langit bahkan lebih tinggi dari itu.

Bukankah ketinggian cita-cita yang akan menerbangkan kita kepada ketinggian pula? Namun, tidak ada  ketinggian dan kemulian tanpa : cinta, gerak, bekerja,  berkorban, berkarya, beramal dan harmonisasi.


Kesemuanya itu menuntut semangat juang yang tidak kunjung padam. Siapapun kita, akan sedar bahwa semakin tinggi sebuah cita-cita, maka tuntutan akibat dan risiko nya pun semakin besar. Tidakkah, dibalik risiko tersebut, keuntungan yang akan diraihpun akan sangat besar?

Kebesaran Abu Bakar tidak datang secara tiba-tiba bahkan bukankah pembelaan beliau terhadap dakwah, habisnya harta beliau di jalan yang mulia disertai  berbagai pengorbanan yang tidak terhingga menjadi sebab kepada datangnya kehormatan?


Umar bin khatab tetaplah Umar bin khatab, namanya tidak akan harum sepanjang sejarah jika beliau tidak bersama kafilah kemuliaan, meskipun gelaran bangsawan yang disandangnya.

Begitu juga Abu Hurairah, Bilal, Anas bin Malik yang secara status sosialnya dianggap sederhana? Namun, gerbang kemuliaan telah mengangkat mereka menjadi manusia terhormat sepanjang zaman.

Hari ini kita bersama kafilah tersebut dan adakah kafilah tersebut mampu memainkan peranan dan fungsinya atau justeru ia menjadi beban bagi penumpangnya?

Kafilah tinggallah kafilah, gerbang tinggallah gerbang di mana ia tidak akan memiliki makna jika ianya tidak diberi makna.

Patutkah peluang sedemikian menjadi terbuang? Menjadikan Islam sebagai rahmatan lil alamin itulah cita-cita kita. 
 
Cita-cita besar yang :
1. Memerlukan kelengkapan besar yang memiliki kesetiaan yang tidak  diragukan lagi.
2. Menuntut pengorbanan harta tanpa hitungan.
3. Menumpahkan lautan peluh dan perjuangan
4. Menelan waktu sepanjang zaman untuk mewujudkan rupa kebaikannya

Rasululah SAW sadar betul akan beban dan risiko cita-citanya, kerana tidaklah rahmat menjadi rahmat bagi manusia yang menentangnya, apalagi di zaman yang serba kompleks ini.

Penentangan, begitulah yang akan ditemui dan tidak syak lagi bahwa seluruh kekuatan akan bersatupadu untuk menghantam kehadiran rahmat dan pembawanya.

Hanya mereka yang bersifat kejantanan dan bermental pejuang yang akan berani melakukan penentangan. Memang benarlah bahwa kemuliaan itu adalah untuk mereka, bukan buat para : Pengecut, Pelamun, Pembual dan Pengkhayal.
 
Sebuah kalimat hikmah bermakna : ”Sesungguhnya agama ini akan tegak dengan tersedianya umat pembela dan wujudnya umat pembela bergantung kepada bangunnya para syuhada’ dakwah dan para syuhada’ dakwah tidak akan lahir tanpa tarbiyah”.


Tarbiyah yang tidak lapuk oleh hujan dan tidak lekang oleh panas di mana sepanjang zaman tarbiyah mampu menunjukkan keampuhannya.

Bukankah Sayyid Qutb merupakan produk tarbiyah abad modern?

Sifat istiqamah beliau di jalan dakwah terjelma hingga ke akhir hayatnya di tiang gantungan. Bahkan beliau sempat memberi peringatan yang tajam kepada syaikh Azhar ketika itu sebelum proses penggantungan terhadap beliau dilakukan.

Tatkala syaikh Azhar memberi nasihat kepadanya bahwa sesungguhnya perisytiharan hukuman gantung memerlukan dirinya untuk mengucapkan kalimah “Laa Ilaaha Illallah” sebelum hukuman dilaksanakan, beliau lalu mengatakan :

“Sampai kamu juga wahai syaikh ingin menyempurnakan sandiwara ini? Kamu makan dengan kalimah ‘Laa Ilaaha Illallah’, dan aku mati demi kalimah tersebut.”

Tarbiyah adalah rahim lahirnya para syuhada’ dakwah. Islam sebagai rahmat untuk sekalian alam tidak akan mampu memberikan sumbangan kebaikannya ketika langkah dan gerakannya terhalang oleh tembok kezaliman. Sesungguhnya, umat yang besar yang tidak memiliki daya juang, tidak begitu bermanfaat bagi datangnya rahmat yang diharapkan.

Bukankah umat Islam pada hari ini ramai dan lebih dari cukup dari segi bilangan dan angka? Namun, yang menjadi ironisnya, ketika mereka memiliki kuantitas yang cukup  besar, justeru kualitas mereka tidak diperhitungkan.

Tidak usah sampai kepada tingkatan perluasan kebaikan, mempertahankannya sajapun kita sudah kalah. Bahkan sebagian mereka telah berganti wajah dengan wajah kekufuran meskipun pakaian keislaman mereka kenakan.

1. Mereka menjadi hamba dan anak jajahan di negeri sendiri.
2. Mereka menjadi objek kebatilan.
3. Kekayaan mereka dirampas.
4. Hak-hak mereka dinodai.
5. Mereka terhina padahal agamanya merupakan sumber kemuliaan.

Tidak perlulah kita bertanya kenapa semua ini berlaku karena jawaban itu ada di dalam hati kita. Ya kita sadar umat ini seperti buih yang terombang-ambing dalam gelombang kedurjanaan.

Kita memerlukan Solahuddin al ayubi baru, seorang laki-laki yang : kuat perkasa, bermental baja, berpikiran cerdas dan berakhlak mulia.

Seorang laki-laki yang dengan segenap jiwa dan raganya akan merubah sejarah peradabannya.

Tarbiyah adalah rahim kepada lahirnya para pejuang sejati, pejuang yang tidak kenal mati serta yang sentiasa berorientasi pada redha Illahi dan ini bukanlah sekadar teori.

Bukankah kelahiran sederet manusia besar sekelas dengan sahabat dan generasi sesudahnya menjadi bukti yang cukup?

Sepanjang sejarah kehidupan, apabila tarbiyah hidup di tengah-tengah umat, maka boleh dipastikan bahwa umat tersebut akan memiliki : jiwa-jiwa kepahlawanan, jiwa yang hidup dan jiwa yang sentiasa bergerak memutar roda kebaikan.

Para penggerak dakwah pada hari ini begitu mengerti bahwa kita benar-benar memerlukan seorang aktivis sejati yaitu laki-laki kuat yang akan menyokong tegaknya kemuliaan.

Laki-laki kuat seperti ini tidak akan pernah muncul dari bawah tanah atau jatuh dari langit, tapi kehadiraannya adalah buah karya besar dari tangan penuh kasih para ‘Murobbi’.

Umat menanti para ‘Murobbi’ yang akan Membangunkan mereka dari keterlenaan, memberikan pencerahan ke atas kegelapan, melepaskan tali jajahan yang melilit di tengkuk umat Islam dan membuatkan mereka bergerak bebas menjadi pahlawan baru yang akan dicatat oleh sejarah.

Benarlah ia sebagaimana kata-kata Imam Hasan Al Banna :

“Umat manusia memerlukan aktivis yang luapan hatinya memenuhi hati orang-orang di sekitarnya. Dan dengan luapan rabbani itu, mereka dapat memenuhi hati orang-orang di sekitar mereka. Maka dengan cara itulah, manusia berubah dari satu keadaan menuju keadaan yang lain dan keluarlah ia dari berbagai kegelapan menuju cahaya.”

Bangunlah wahai aktivis dakwah!! Kitalah orang yang diharapkan untuk membawa misi perubahan itu. Oleh yang demikian, jangan sia-siakan kesempatan ini kerana ianya tidak  akan datang dua kali.
Ya Allah, kurniakanlah kekuatan untuk kami ubah apa yang ada di dalam hati kami sehingga kekuatan itu melimpah dan memenuhi hati-hati mereka-mereka yang berada di sekitar kami lalu menumpahkan cahaya-Mu yang akan memadamkan kegelapan yang bersarang di lubuk hati mereka. Jadikanlah diri-diri kami sebagai murobbi yang akan melahirkan laki-laki yang akan merubah sejarah peradabaan masa depan.

Amiin Ya Rabbal Alamiin





{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar