BBM Naik, Kendaraan Turun

Bookmark and Share
Akhirnya setelah maju-mundur dalam setahun terahkir, pemerintah resmi mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi jenis premium dan solar. Harga Premium naik dari Rp 4.500 per liter menjadi Rp 5.500 per liter. Menjadi pemerintah memang bukanlah hal yang mudah. Setiap kebijakannya selalu mengundang pro dan kontra. Bahkan, dalam kasus ini pro dan kontra juga tidak dapat terelakkan. Bisa dibilang saya adalah salah satu orang yang setuju dengan kebijakan ini. Walaupun hasil Olimpiade ekonomi belum keluar (Saya sangat berharap untuk lolos), tetapi saya tahu bahwa kebijakan ini akan membawa dampak positif bagi kita. Yang saya sesalkan adalah banyaknya media yang hanya menyoroti sisi negatif dari kenaikan BBM. Padahal, media berperan sangat penting dalam mempengaruhi pola pikir masyrakat.
Salah satu alasan dari kebijakan ini adalah subsidi bahan bakar minyak (BBM) terus membengkak seiring mingkatnya harga rata-rata minyak mentah Indonesia hingga melampaui asumsi makro dalam Anggaran Pendapatan Belanja 2013.  Selain diharapkan untuk meperbaiki neraca pembayaran kebijakan ini juga diharapkan dapat mengendalikan konsumsi bahan bakar minyak.
Tercatat bahwa pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang relatif tinggi. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia mencatat, volume penjualan mobil tahun 2013 dipredeksi 1,1 juta unit, sedangakt sepeda motor 7,1 juta unit. Setiap tahun akan terus ada jutaan kendaraan baru. Jika kondisi ini dibiarkan terus-menerus, Indonesia bukan hanya menjadi lautan air dan lautan manusia, melainkan juga lautan kendaraan. Padahal seperti kita ketahui bahwa asap kendaraan bermotor turut berkontribusi dalam peristiwa Global Warming. Diharapkan kebijakan ini dapat mengerem hasrat masyrakat untuk menggunakan bahan bakar minyak. Masyrakat dapat beralih ke jalan kaki atau sepeda biasa tanpa BBM dan polusi. Selain menyelamatka lingkungan dan kantong, cara ini juga akan lebih menyehatkan masyrakat. Penggunaan kendaraan pribadi juga bisa berkurang karena masyarakat beralih ke kendaraan umum (Kebijakan ini akan sukses jika ada tarif juga dikendalikan).
Sebenarnya ,para pengguna kendaraan bermotor masih enggan membeli bensin solar non-subsidi. Saat ini harga BBM nonsubsidi RP 9000 per liter. Berarti lebih mahal RP 2.500 per liter dari Premium dan ada selisih harga Rp 3.500 dengan solar. Dalam hukum pasar, konsumen tentu akan memilih produk sejenis yang lebih murah selama hal itu tidak melanggar aturan.Ini berarti, bahwa pemerintah tidak bisa hanya berhenti pada titik menaikkan BBM bersubsidi tetapi harus melaksanakan berbagai kebijakan lanjutan untuk mengendalikan pengunaan BBM bersubsidi.
Saya tahu bahwa kenaikan BBM ini akan memberatkan masyrakat terutama bagi mereka yang berasal dari kalangan menengah kebawah. Apalagi, biasanya kenaikan BBM akan diikuti dengan kenaikan barang-barang, Padahal, sebentar lagi kita akan menghadapi bulan puasa dan lebaran yang juga sangat dekat dengan  masuknya para siswa ke sekolah baru. Saya sebagai pelajar juga sedikit terbebani karena tari angkutan menjadi lebih mahal, yang berati uang jajan riil saya menjadi berkurang. Akan tetapi, penundaan kebijaan yang berlarut-larut dapat mempeerburuk keadaan karena hal itu akan terus mempengaruhi ekpektasi masyrakat sehingga harga-harga akan semakin tinggi. Ada suatu pepatah yang berkata “Keraguan dalam mengambil keputusan akan menimbulkan penyesalan yang lebih besar.” Dengan demikian, pemerintah memang harus mengambil tindakan tegas dan tidak ragu-ragu. Selain itu dapat kira lihat juga bahwa pemerintah telah dan sedang melakukan berbagai usaha untuk tetap menjaga kestabilan perekonomian di Indonesia.
Suatu kebijakan hanya akan berhasil jika pemerintah didukung dan dipercaya oleh masyarakatnya. Dengan demikian, kita sebagai masyarakat harus bisa percaya dan yakin pada setiap kebijakan pemerintah. Saya hanya mau mengingatkan bahwa pemerintah adalah representasi dari masyrakat. Hal itu terbukti, karena kita telah memilih siapa yang berhak menjadi pemimpin kita melalui proses pemilu. Maka, Keraguan kepada kebijakan pemerintah berarti keraguan terhadap pilihan hidup kita sendiri.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar