Puisi Wie (DT) Sholeha

Bookmark and Share

Surat Untuk Zie Part 2
Bismillah,
Kususun namamu diruang rindu
Menjelma pada bait-bait puisiku
Zie, kau tak pernah tau
Rinduku adalah kukusan dewa langit
Menari bagai malaikat jibril
Melekat, tepat di sajak rumahmu

Zie, seperti halnya dewi bintang
Bersinar…tak pernah lelah melewati malam
Seperti halnya dewi purnama
Mendesirkan namamu, mengekalkan cintaku

Zie…namamu telah rapi kubingkai
Disetiap helaian ceritaku

Januari 2013
  

Aku Mencintaimu part 2
Sebab aku bodoh
Berpikir soal kamu
Diatas pusaran batu nisan, tempat tidurmu
Yang keribuan kalinya
Kuteteskan airmata memanjat do’a
“Aku Mencintaimu”
Seperti hari-hari yang selalu meninggalkan tanggal pada setiap bulannya
“Aku Mencintaimu”
Ini kata sakti yang takkan henti kuucapkan
Bahkan hingga maut menjemputku
Lalu kita dipertemukan dalam satu ruangan
Gelap, hanya ada kau dan aku, dan sebuah mimpi kita
Melangkah ke Surga

Januari 2013


Mianhae (Maaf)
Aku tak bisa bersamamu
Sebab, ada sebuah hati yang memaksaku
Pergi mencari arti pertemuan
Yang kau kejutkan bertahun lalu

“Nae Cholman Noe Saranghae”
Aku sungguh mencintaimu
Tapi cinta didepanku lebih berarti
Sebab suci…

Gumoptha…
Telah memberikan impian dimasa depanku
Walau tak seharusnya

Neaga ottoke ?
Sebab kita berbeda
Jauh…

Januari 2013


Terperangkap di Oase
Ini sebuah Oase
Yang akan kita telesuri lewat jalan mimpi
Seperti halnya angin kencang
Yang menjatuhkan setiap awal dari pertemuan
Kita dan salju, pada debu-debu
Yang selalu menempel khusuk didadamu
Perlahan hilang, kemudian sepi
Lalu kembali menggeliat menjadi rona mimpi
Kita dan peta, lelah mencari sebungkus Asa
Untuk kau lumatkan menjadi peri
Peri dalam kantong lehermu, terperangkap
Jarak antara sepi dan mati.

Januari 2013



Sketsa Hujan
aku tak mengerti, kenapa hujan selalu bercerita soalku. dia menitik lebih tegas di atas kepalaku. membangkitkan semua bulir-bulir indah, sehingga akupun tergidik. aku tak segan bermain rindu dengannya, melepas semua penat seharian. dia tau soal dukaku, sedang aku bercerita suka walau dalam genangan yang sama dengan bulirnya. dia menangis, perlahan. dan lebih deras. sudahlah...! aku kedinginan, bisikku halus. aku tak ingin berhenti, jika kau masih sedih. ungkapnya lembut. sedang kami menangis bersama.
hentikan...! aku tak ingin menangis kembali, aku lebih tegar sebelumnya. ini masalah sepele. kenapa tak kau ombakkan saja hati-hati yang terkeras oleh batu itu, kenapa tak kau pecahkan saja kristal-kristal pada lampion malam ini. mungkin setelahnya aku tak kan rapuh. atau malah semakin rapuh.
ini sketsa hidupku, dan kau...hujan, selalu menjadi bagian dalam setiap genangan rindu pada-Nya
Januari 2013

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar