Meraih Surga dengan Silaturahmi

Bookmark and Share

Dalam salah satu perintah-Nya, Allah swt berfirman, "Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim." (QS. An-Nisa : 1). Dan pada ayat lainnya Allah menguatkan, "Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. (QS. Ar-Ra’d : 21). Dari kedua ayat tersebut dapat kita lihat bahwa silaturahmi merupakan perintah Allah. Hendaknya kaum muslimin tidak melalaikan dan melupakannya. Sehingga perlu meluangkan waktu untuk melakukan amal shalih ini.

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan persaudaraan dari sesamanya. Setiap diri terikat dengan berbagai bentuk ikatan dan hubungan, diantaranya hubungan emosional, sosial, ekonomi dan hubungan kemanusiaan lainnya. Maka demi mencapai kebutuhan tersebut adalah fitrah untuk selalu berusaha berbuat baik terhadap sesamanya. Islam sangat memahami hal tersebut, oleh sebab itu silaturahmi harus dilaksanakan dengan baik. Sekilas, silaturahmi merupakan hal yang sepele namun bila kita mau mengkaji dan mentadabur ayat-ayat Allah SWT dan sabda Rasulullah SAW maka kita akan memperoleh keutamaan dan keistimewaan yang membangkitkan semangat generasi sebelum kita untuk berlomba-lomba menerapkannya.

Sesungguhnya silaturahmi merupakan amal shalih yang penuh berkah, dan memberikan kepada pelakunya kebaikan di dunia dan akhirat, menjadikannya diberkahi di manapun ia berada, Allah swt memberikan berkah kepadanya di setiap kondisi dan perbuatannya, baik yang segera maupun yang tertunda. Keutamaannya sangat banyak dan keuntungannya melimpah. Dianjurkan dan diseru oleh Islam. Diperingatkan untuk tidak memutuskannya. 


Allah swt telah menyeru hambanya berkaitan dengan menyambung tali silaturahmi dalam sembilan belas ayat di kitab-Nya yang mulia. Allah SWT memperingatkan orang yang memutuskannya dengan laknat dan adzab, diantara firmanNya : "Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan - Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka, dan dibutakan-Nya penglihatan mereka." (QS Muhammad :22-23).

Dalil tersebut merupakan landasan syar’i akan perlunya silaturahim antar anggota masyarakat bahkan perintah yang semestinya kita terapkan. Dan bila kita kembali mengkaji dan mentadaburi pedoman hidup kita, maka Allah dan Rasul-Nya tidak semata memerintahkan umatnya untuk menerapkan perintahnya tanpa memberi tahu keutamaan pelaksanaannya dan ancaman meninggalkan atau memutus hubungan silaturahmi. 

Diantara keutamaan yang akan diraih oleh orang yang selalu melakukan silaturahmi adalah akan diluaskan rizkinya. Rasulullah SAW bersabda, " Barangsiapa yang suka diluaskan rizki dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi." (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud). Keutamaan yang lain adalah akan selalu berhubungan dengan Allah swt. Dari ‘Aisyah ra berkata, Rasulullah saw bersabda, "Silaturahmi itu tergantung di ‘Arsy (Singgasana Allah) seraya berkata: "Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya" (HR. Bukhari dan Muslim). Dan akan dimasukan kedalam golongan yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dari Abu Hurairah ra sesunguhnya Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhirat maka lakukanlah silaturahmi" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam melakukan silaturahmi kita juga harus memperhatikan beberapa etika silaturahmi sehingga membuahkan manfaat yang baik bagi kedua belah pihak dan tidak mendzalimi teman yang kita kunjungi. Diantara etika tersebut yaitu dilakukan semata-mata karena Allah SWT bukan karena dunia atau tujuan lainnya serta membawa hadiah untuk saudara yang akan dikunjungi. Rasulullah saw bersabda, "Saling berbagi hadiahlah diantara kalian maka kalian akan saling mencintai." Kemudian, memperhatikan waktu silaturahmi. Bila kita ingin bersilaturahmi maka kita harus memperhatian objek yang kita akan dikunjungi, karena antar individu berbeda dalam jadwal kerja dan aktivitas. Mungkin di antara mereka ada yang bisa menerima tamu pada waktu asar namun diantara mereka tidak bisa menerimanya. Dan hal yang sangat penting adalah waktu silaturahim yang terlalu lama alias kebablasan sedangkan tuan rumah memiliki aktivitas lain yang harus dikerjakan dan malu untuk mengungkapkannya karena takut akan menimbulkan persepsi negatif tamu terhadap dirinya. 

Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw bersabda, "Ada seorang laki-laki bersilaturahim ke saudaranya yang tinggal di desa lain, maka Allah mengutus seorang malaikat untuk menemuinya. Tatkala bertemu dengan lelaki tersebut maka malaikat bertanya, "Hendak kemanakah saudara?" Lelaki tersebut menjawab, "Saya ingin bersilaturahim ke saudaraku di desa ini." Malaikat kembali bertanya, "Apakah kamu menziarahinya karena ada sesuatu kenikmatan yang akan engkau raih?" Lelaki tersebut menjawab, "Tidak, saya melakukan silaturahim ini semata-mata kecintaan saya terhadapnya karena Allah." Malaikat kemudian berkata, " Sesungguhnya saya diutus Allah untuk menemui kamu untuk menyampaikan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena-Nya." (HR. Muslim)

Oleh : Yanti Az-Zahra
*Penulis adalah aktif dalam Komunitas menulis FLP Sumut

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar