Kebaikan Kuncinya di Hati

Bookmark and Share
Ini memang bagian dari kehidupan. Bahwa kadang bahkan teramat sering, kita harus berkorban, berbagi dan memperjuangkan sesuatu demi kebahagiaan orang lain. Maka mereka yang melakukan hal tersebut akan dikenang waktu sebagai manusia berhati baik dan tidak egois. Pastilah waktu juga akan mengenang mereka yang tak pernah sekali pun berkorban, berbagi dan memperjuangkan sesuatu demi kebahagiaan orang lain. Lalu waktu dan orang-orang mengakrabi mereka dengan sebutan manusia berhati batu dan egois. Tentu, tak ada paksaan kita harus menjadi yang mana. Semua kembali pada hati. Sebab pada hakikatnya, hatilah yang menggerakkan akal dan amal kita untuk melakukan apa dan bagaimana.

Lalu, beberapa saat kemudian, kita akan bersentuhan dengan nilai keikhlasan. Ya, ternyata melakukan kebaikan itu tidaklah segampang yang dipikirkan. Sulit membedakan antara ikhlas dan tidak ikhlas, antara riya dengan tidak riya, antara sombong dengan tidak sombong dan lain sebagainya. Lagi-lagi, kembali ke hati. Sebab Tuhan pun rupanya tak pernah lengah mengikuti jalan hati kita. Yang abstrak menjadi sangat konkret bagi-Nya. Ah ya, entah mengapa kita sering pula lupa akan hal itu. Tuhan ada di mana-mana.

Hati, dialah kunci kita menemukan apa yang baik dan tidak baik. Ia pun ditakdirkan menjadi penentu apakah seseorang itu baik atau tidak. Tapi fenomena saat ini pun menjadi penghalang bagi kita untuk menilai kebaikan orang lain atau berbuat baik pada orang lain. Hati sering tak sama dengan perbuatan dzahir.

Tapi, ada hal yang mungkin harus kita ingat dan bawa kemana-mana. Allah itu baik pada orang-orang yang berusaha baik pada-Nya dan orang-orang di sekitarnya. Allah itu dekat pada orang-orang yang berusaha dekat dengan-Nya. Dan Allah, sungguh Dia adalah sebaik-baik penilai hati kita. Maka, tak boleh ada keraguan buat kita untuk berbuat baik bagi orang lain. Sebab ternyata Allah pun selalu memberikan award (penghargaan) bagi mereka yang melakukan itu, di dunia dan akhirat kelak.

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (QS. ar-Rahman (55) : 60)

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Yunus (10) : 26)

*Terkhusus untuk mengingatkan diri penulisnya sendiri yang sering lupa – 210212



Oleh: Fitri A.B.


{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar