Kesemrawutan Jalan Kota Medan

Bookmark and Share
Kota Medan penuh dengan angkot atau motor atau sering juga disebut sudako, kadang-kadang sudek. Tidak ada bagian kota Medan yang ga dilewati oleh angkot. 

Tentunya hal ini mempermudah transportasi masyarakat kota Medan yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Penggemar angkot bervariasi. Dari anak-anak sekolahan hingga mamak-mamak (ibu-ibu) selalu setia menunggu kehadiran angkot untuk mengantar mereka sampai ke tujuan.
Kalau ada kenaikan harga bahan bakar khususnya premium, yang pertama kali menderita pasti para pemakai jasa angkot. Bagaimana tidak, baru sehari kenaikan BBM, biasanya angkot udah pada demo. Minta kenaikan tarif angkot. Padahal untuk menaikkan tarif diperlukan rapat terlebih dahulu. Ga bisa maen naekkan tarif sembarangan. Ujung-ujungnya penumpang terlantar. Akibatnya telat ngantor lah, telah kuliah lah, telat masuk sekolah lah, dan lah lah yang laennya.

Padahal, pas penurunan harga bahan bakar, sopir angkot adem ayem aja tuh, ga da demo untuk nurunin tarif. Seolah-olah gada apa-apa. Malah nolak untuk nurunin tarif dengan alasan “suku cadang mahal”. Begh.. basi kali…

Karena sangat dibutuhkan, kadang-kadang sopir angkot bertingkah. Sok ga ngeliat anak-anak sekolahan. Mungkin karena tarifnya lebih murah 50% dari penumpang biasa kali ya??? Padahal kalo musim liburan. Sopir angkot juga yang bingung. Ga da pemasukan dari anak-anak sekolahan yang banyak make jasa angkot. Kecarian juga sopir-sopir tu.

Yang menjengkolkan lagi dari angkot adalah mereka senang berhenti di tengah jalan, tiba-tiba pulak tu. Bukan hanya itu bunyi klakson mereka tak henti-henti bersahut-sahutan. Bising kali. Ga bisa ngeliat orang yang nunggu di pinggir jalan. Berhenti sembarangan sembari nawarin jasa padahal orang tersebut lom tentu mo naek angkot. Hhh… parah kali.

Ngomong-ngomong tentang berhenti sembarangan, angkot emang tiada duanya. Tanpa ba-bi-bu si angkot bisa tiba-tiba kepinggir. Atau parahnya berhenti di tengah jalan. Bukan hanya itu, sopir angkot sering berhenti di persimpangan jalan. Menimbulkan kemacetan yang ga perlu. Malah kadang-kadang sepertinya mereka ga peduli udah buat macet jalan. Biasanya sih karena menaikkan atau menurunkan penumpang.

Kemacetan yang diakibatkan oleh angkot karena berhenti di persimpangan jalan ku akui ga 100% kesalahan si sopir. Di sisi lain, yaitu penumpang, seharusnya juga tau diri lah. Mereka juga menanamkan saham untuk kemacetan yang terjadi. Si sopir angkot berhenti karena penumpang menyetop angkot.

Baik itu karena mau naik atau turun. Ga ngerti aku apakah si penumpang ini sendiri ga sadar kalo angkot yang berhenti di persimpangan bakal memacetkan jalan? Ga bisakah mereka berhenti memikirkan diri sendiri? Karena biasanya berhenti di persimpangan karena dekat dengan tujuan. Ga bisakah mereka sedikit lebih sadar dan berkorban untuk berhenti agak jauh agar tidak memacetkan jalan? 

Jadi mana yang benar dan mana yang salah? Stop!!! Jangan mencari kambing hitam! Sebaiknyalah masing-masing pihak sadar bahwa pengguna jalan bukan hanya mereka. Inget ke pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) waktu dulu di SD, dahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi/golongan. Dulu hanya teori, kini saatnya kita menerapkan hal tersebut. Kalo bukan kita, siapa lagi?


By danigunawan.com

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar