Kepergian I
sesaat setelah kepergianmu, air menitik di dadaku. lalu tumpah, mengalir dan menderas. seperti air yang terjun dari talang-talang rindu. menuju paritan nadi yang mengental. bersatu dengan darah. bermuara di wajah sendumu. oh, kau hilang tanpa titik yang ragu.
ada khawatir yang menggumpal dalam gelisah. tak jua kau menyadarinya. petang kian muram. genangan air masih mengalir dalam lekuk tubuh yang entah: remuk. tanpa berpaling, kau pun hilang.
Kepergian II
aku hendak berpaling namun basah menemui dan menghalangi. jalanan di depanmu tetap kering karena kuyup yang kau hisap, masih berada dalam lekuk matamu. tak nampak. hilang arah.
jangan berpaling! aku takkan lagi melihatmu dengan mata di wajah. hanya mata dalam kenangan yang mencurah. yang lalu jadi ingatan mata. sementara waktu, berpergian dengan sendirinya. kau dan aku, urung menemaninya. hening.
Kepergian III
permisi yang kau sampaikan oleh dara menuju kediaman, telah sampai di kotak pos depan. seperti biasa dengan surat putih kau tinggalkan pesan. salam anggun dan kata-kata menawan. hatur lembut kau sampaikan. tak ada pujian yang terlewatkan. sembah beribu simbah dibentangkan. padahal kau hanya akan menuntaskan pertemuan. sebuah perpisahan, tersampaikan.
Terbit di MedanBisnis, April 2012
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar