Jurus Sakti Mendulang Ide

Bookmark and Share


Belakangan, maraknya dunia tulis-menulis menjadi satu fenomena baru di Indonesia. Penerbit-penerbit mulai dari skala nasional sampai kelas teri seumpama cendawan di musim hujan. Penulis-penulis muda pun bermunculan. Banyak yang mendulang sukses tapi tak sedikit pula berujung kecewa yang berujung nestapa; murtad dari jalan menulis.  Tak pelak, banyak dari para penulis muda dan rata-rata pemula pula selalu mentok pada persoalan klasik yang itu-itu juga; writers block dan tak tahu mau menulis apa karena kekeringan ide. Benarkah?
Ide adalah sebuah penemuan bukan pencarian. Nah, di sinilah perangkap itu kerap menimpa para penulis pemula. Mereka tidak segera insaf untuk melakukan penemuaan melainkan sibuk berkutat pada pencarian yang mereka sendiri juga tidak tahu apa yang sedang mereka cari. Maka tak heran banyak penulis pemula dalam setiap kegiatan workshop kepenulisan, hal fundamental yang paling mereka tanya adalah bagaimana menemukan ide.
Dalam buku The Art of Stimulating Ide ini diungkapkan bahwa untuk  menemukan ide perlu ikhtiar atau usaha yang diberkahi. Ketika ide ditemukan langkah selanjutnya adalah  mengikatnya agar tidak hilang ke mana-mana. Pengikatan ide yang paling efektif adalah dengan menuliskan di secarik kertas atau menambahkannya sebagai file baru dalam komputer atau smartphone. Agar ide yang telah diikat tersebut lebih muda untuk dieksekusi.
Bambang Trim, penulis buku ini mencoba memberikan pencerahan kepada para penulis pemula dengan menampilkan  biografi singkat para penulis-penulis sukses Indonesia dan luar negeri tentang bagaimana cara mereka menemukan ide untuk menjadi tulisan yang kuat. Sebagai contoh Aidh bin Abdullah Al-Qarni seorang ulama Arab Saudi yang sukses menulis buku  La Tahzan. Idenya diambil dengan meramu ayat-ayat Al-Quran, hadis dan pemikiran para ulama serta pemikir Barat. Anne Frank, menyadarkan dunia lewat penggambaran situasi mencekam saat perang di dalam catatan hariannya. Lalu, Tan Malaka, Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir, mereka adalah pencetus ide-ide besar soal kebangsaan. Dan tersebut lagi nama Sutan Takdir Alisjahbana, HB Jassin, Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Tour, Mochtar Lubis, Taufik Ismail dan Emha Ainun Nadjib yang memberi kontribusi ide-ide besar di bidang sastra dan budaya.
Lalu dalam buku ini juga, penulis menjelaskan seni menstimulus ide dalam tiga kegiatan: banyak baca, banyak jalan dan banyak silaturahmi. Penulis menekankan kata ‘banyak’ yang berarti seorang penulis/pengarang harus melakukannnya lebih dari yang dilakukan oleh orang biasa. Kemudian mampu mengeksekusi ide tersebut, mencermati topik-topik yang sedang hits, melejitkan ide untuk kemudian dipasarkan
Selanjutnya dalam buku ini penulis mencoba mengajak para penulis pemula sadar-sesadarnya soal ide yang dimiilki. Apakah ide tersebut akan memengaruhi orang untuk berubah ke arah yang lebih baik atau malah ke arah lebih buruk; atau juga tidak kedua-duanya karena memang ide tersebut tidak punya pengaruh. Beberapa kunci bagaimana melejitkan ide yang berkualitas dirangkum dalam buku ini; pertama, menarik, penting dan amanat. Kedua, insyaflah untuk segera menulis. Ketiga, insaflah untuk tidak memaksakan diri menjadi orang lain. Keempat, insyaflah untuk tidak terus menulis beramai-ramai. Kelima, insyaflah untuk tidak menjadi plagiat karya orang lain. Keenam, insyaflah untuk eksis memanfaatkan media sosial. Ketujuh, insaflah ada editor yang memburu dan membantu anda. Yang terakhir, insyaflah untuk melakukan benchmarking.
Kita berharap semoga ide-ide yang kita dulang mampu menberikan pengaruh yang baik dan tentu saja agar kaya di jalan menulis. (abdillah putra siregar)

*Penulis bergiat di Forum Lingkar Pena Sumatra Utara sebagai kadiv. Humas


{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar