Prasangka Allah Tergantung Prasangka Hambanya

Bookmark and Share
Suatu hari, Rasulullah menjenguk seseorang yang sedang sakit demam. Beliau menghibur dan membesarkan hati orang tersebut. Beliau berkata, ‘Semoga penyakitmu ini menjadi penawar dosamu’. 

Orang itu menjawab, ‘Tapi ini adalah demam yang mendidih, yang menimpa orangtua yang sudah peot, yang bisa menyeretnya ke lubang kubur’.

Mendengar keluhan orang itu, Rasulullah berkata, ‘Kalau demikian anggapanmu, maka akan begitulah jadinya’. 

Sungguh indah apa yang dikatakan Rasulullah itu. Rasulullah seakan-akan mengatakan kepada kita bahwa hidup kita dibentuk oleh pikiran kita sendiri. Jika kita mau menerima (ridha) dengan kesusahan yang kita derita, maka kita bisa menjadikan penderitaan itu sebagai pelebur sebagian dosa kita. Atau sebaliknya, jika kita tidak ridha, maka kita sendiri yang memilih penderitaan itu menjadi kebinasaan, dan akhirnya kita mengeluh dan marah-marah sendiri.

Sungguh merdu apa yang dikatakan Rasulullah. Perhatikan pesan-pesan Rasulullah berikut ini:

‘Barangsiapa yang ridha, maka ke-ridha-an itu untuknya. Barangsiapa yang benci, maka kebencian itu akan menjadi miliknya’ (HR. at-Tirmidzi)

‘Salah satu kebahagiaan seseorang adalah ke-ridha-annya menerima keputusan Allah’ (HR. Ahmad)

Jika kita memikirkan kebahagiaan, maka kita akan bahagia.

Jika kita berpikiran sedih, maka kita menjadi sedih.

Jika kita berpikiran takut, kita menjadi takut.

Jika kita berpikiran sakit, kita pun menjadi sakit.

'Sesungguhnya prasangka Allah tergantung prasangka hambanya' (Hadits Qudsi)




{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar