Allah Ta'ala berfirman pula: "Hai sekalian manusia, sesungguhnya janji Allah itu adalah benar. Maka dari itu, janganlah engkau semua tertipu oleh kehidupan dunia ini dan janganlah sekali-kali kepercayaanmu kepada Allah itu tertipu oleh sesuatu yang amat pandai menipu." (Fathir: 5).
Beberapa Ayat Lainnya : (Yunus: 24), (al-Kahf: 45-46), (al-Hadid: 20), (al-Imran: 14), (al-Ankabut: 64), (at-Takatsur: 1-5)
Zuhud ialah meninggalkan ketamakan dalam urusan keduniawiyahan sehingga lupa ketaatan kepada Allah, lengah untuk mencari bekal hidup di akhirat nanti. Inilah artinya zuhud di dunia, ringkas saja bukan? Kalau ini dilakukan, pasti Allah mencintai kita. Selain zuhud sebagaimana pengertiannya di atas itu, hendaknya pula kita jangan ingin memiliki sesuatu yang bukan kepunyaan kita, sehingga timbul hasrat ingin merebut yang bukan hak kita itu.
Boleh saja kita ingin mempunyai yang seperti milik orang lain, tetapi carilah yang lain dan jangan yang sudah menjadi milik orang lain itu dirampas. Inilah yang diartikan zuhud dengan apa yang ada pada para manusia. Kalau ini kita lakukan sudah pasti tidak seorangpun yang membenci kita. Kita tentu disukai sebab kita pandai bergaul dan menghormati milik orang.
Perlu kita pahami bahwa zuhud terhadap dunia bukan berarti tidak mempunyai hal-hal yang bersifat duniawi, semacam harta benda dan kekayaan lainnya, melainkan kita lebih yakin dengan apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tangan makhluk. Bagi orang yang zuhud terhadap dunia, sebanyak apapun harta yang dimiliki, sama sekali tidak akan membuat hatinya merasa tenteram, karena ketenteraman yang hakiki adalah ketika kita yakin dengan janji dan jaminan Allah.
Rasulullah SAW dalam hal ini bersabda, "Melakukan zuhud dalam kehidupan dunia bukanlah dengan mengharamkan yang halal dan bukan pula dengan memboroskan kekayaan. Zuhud terhadap kehidupan dunia itu ialah tidak menganggap apa yang ada pada dirimu lebih pasti daripada apa yang ada pada Allah. Dan hendaknya engkau bergembira memperoleh pahala musibah yang sedang menimpamu walaupun musibah itu akan tetap menimpamu." (HR. Ahmad).
Makna secara bahasa:
Zuhud menurut bahasa berarti berpaling dari sesuatu karena hinanya sesuatu tersebut dan karena (seseorang) tidak memerlukannya. Dalam bahasa Arab terdapat ungkapan “syaiun zahidun” yang berarti “sesuatu yang rendah dan hina”.
Makna secara istilah:
Ibnu Taimiyah mengatakan – sebagaimana dinukil oleh muridnya, Ibnu al-Qayyim – bahwa zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat demi kehidupan akhirat.
Al-Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa zuhud itu bukanlah mengharamkan yang halal atau menyia-nyiakan harta, akan tetapi zuhud di dunia adalah engkau lebih mempercayai apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Keadaanmu antara ketika tertimpa musibah dan tidak adalah sama saja, sebagaimana sama saja di matamu antara orang yang memujimu dengan yang mencelamu dalam kebenaran.
Jika kita lihat pengertian zuhud yang lebih bagus dan mencakup setiap pengertian zuhud yang disampaikan oleh para ulama, maka pengertian yang sangat bagus adalah yang disampaikan oleh Abu Sulaiman Ad Daroni. Beliau mengatakan, “Para ulama berselisih paham tentang makna zuhud di Irak. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa zuhud adalah enggan bergaul dengan manusia. Ada pula yang mengatakan, “Zuhud adalah meninggalkan berbagai macam syahwat.” Ada pula yang memberikan pengertian, “Zuhud adalah meninggalkan rasa kenyang” Namun definisi-definisi ini saling mendekati. Aku sendiri berpendapat,
Definisi Zuhud
Definisi zuhud menurut Ibnu Abbas RA, terdiri atas tiga huruf yaitu Za, Ha, Dal. Za maknanya zaadun li ma’aad, yaitu bekal untuk kembali ke akhirat, maksudnya taqwa. Ha maksudnya hudan li ad-diin, yaitu petunjuk untuk mengikuti Islam. Dan Dal maksudnya dawaam ‘ala ath-thaa’ah, yaitu terus menerus dalam melakukan ketaatan.
Ibnu Abbas juga menjabarkan pengertian lain dari zuhud. Za berarti tarku az-zinah, yaitu meninggalkan kemegahan dan kemewahan. Ha maksudnya tarku al-hawaa, yaitu meninggalkan kesenangan dan hawa nafsu. dan Dal maksudnya tarku ad-dunyaa, yaitu menjauhi duniawi.
Ibnu Abbas juga menjabarkan pengertian lain dari zuhud. Za berarti tarku az-zinah, yaitu meninggalkan kemegahan dan kemewahan. Ha maksudnya tarku al-hawaa, yaitu meninggalkan kesenangan dan hawa nafsu. dan Dal maksudnya tarku ad-dunyaa, yaitu menjauhi duniawi.
Pada intinya, zuhud bermuara pada sikap “menjaga diri”. Menjaga diri dari yang haram, syubhat, baik yang besar maupun yang kecil. Zuhud akan melahirkan sikap wara atau hati-hati. Menunaikan semua yang difardhukan baik yang mudah maupun yang sulit.
Sikap zuhud dan wara akan mewariskan taubat dan kembali ke jalan Allah sehingga hati dan perilakunya akan beroleh penerangan dan terhindar dari kesyubhatan, terlebih hal-hal yang diharamkan.
Terakhir, ia akan menyerahkan sepenuhnya urusan dunianya kepada ahlinya, yakni pada Allah Azza wa Jalla baik urusan kecil apalagi besar. Maka akan lahirlah sikap qanaah, yaitu menerima sepenuhnya apa pun yang Allah anugerahkan padanya di dunia nan fana ini. Keempat sikap ini pada akhirnya bersinergi dan menuntun kita untuk tetap berada dalam tuntunan Ilahi. Wallahu a’lam.
Sikap zuhud dan wara akan mewariskan taubat dan kembali ke jalan Allah sehingga hati dan perilakunya akan beroleh penerangan dan terhindar dari kesyubhatan, terlebih hal-hal yang diharamkan.
Terakhir, ia akan menyerahkan sepenuhnya urusan dunianya kepada ahlinya, yakni pada Allah Azza wa Jalla baik urusan kecil apalagi besar. Maka akan lahirlah sikap qanaah, yaitu menerima sepenuhnya apa pun yang Allah anugerahkan padanya di dunia nan fana ini. Keempat sikap ini pada akhirnya bersinergi dan menuntun kita untuk tetap berada dalam tuntunan Ilahi. Wallahu a’lam.
Ya Allah, langsungkan hidupku dalam kemiskinan dan wafatkan aku dalam keadaan miskin, dan bangkitkan pula aku kembali dalam kelompok orang-orang miskin. (HR. Bukhari)
Selebihnya kami meminta maaf jika article ini penuh dengan kesalahan/kekeliruan dari apa yang kami tulis.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar