PEMIMPIN HARUS BERSIKAP ADIL (BIJAKSANA)

Bookmark and Share
Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; "Ada tujuh macam orang yang bakal bernaung di bawah naungan Allah, pada hari tiada naungan kecuali naungan Allah, yakni:

{1}. Imam (pemimpin) yang adil. 

{2}. Pemuda yang rajin ibadah kepada Allah. 

{3}. Orang yang hatinya selalu cenderung kepada masjid. 

{4}. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, baik waktu berkumpul atau berpisah. 

{5}. Orang lelaki yang di ajak berzina oleh wanita bangsawan nan cantik, namun ia menolak dengan kata: saya takut kepada Allah...!!! 

{6}. Orang yang melakukan sadaqoh dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya (seolah) tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan kanannya. 

{7}. Orang yang berdzikir sendirian untuk mengingat Allah, hingga ia mengucurkan air matanya." (HR. Imam Bukhari dan Muslim).

Meski hadits ini menjelaskan tentang tujuh macam karakter orang yang dijamin keselamatannya oleh Allah pada hari kiamat nanti, tetapi yang pertama ditekankannya adalah karakter orang pertama, yaitu PEMIMPIN yang ADIL (BIJAKSANA). Dalam hal ini bukan berarti kita hendak menyepelekan enam karakter berikutnya...!? Melainkan bersama terpenuhinya karakter pemimpin yang adil dan bijaksana itu, insya Allah akan memudahkan orang tersebut menerapkan ciri-ciri lainnya. Bukankah tanpa pemimpin yang adil dan bijaksana, maka kehidupan ini akan terjebak ke dalam jurang penderitaan yang dalam...!?

Untuk menyaksikan sejauh mana seorang peimimpin itu berlaku adil dan bijaksana terhadap rakyatnya, adalah melalui keputusan-keputuasan, maupun kebijakan yang dikeluarkannya. Bila seorang pemimpin sanggup menerapkan hukum kepada setiap warga yang salah dan melanggar hukum tanpa pilih kasih, maka pemimpin itu insyaAllah dapat dikatakan telah berbuat adil dan bijaksana. Namun sebaliknya, jika pemimpin itu hanya menghukum sebagian orang (rakyat kecil), lantas ia melindungi sebagian yang lain (elit/konglomerat), padahal mereka sama-ama melanggar hukum, sungguh bahwa pemimpin seperti itu telah berbuat dzalim dan jauh dari perilaku yang adil (bijaksana).

Dengan demikian, dari mana jalannya orang tersebut akan mampu melengkapi ciri-ciri yang lainnya, sedangkan untuk prinsip utama saja, sudah ia ingkari sedemikian rupa...!?

Wallahu tabaroka wa ta'ala a'lam.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar