Pesan Harun Yahya Untuk Muslim di Indonesia

Bookmark and Share
Masalah Konflik

Seorang tokoh muslim yang berpengaruh di dunia Islam, Harun Yahya memberikan pesan untuk masyarakat muslim di Indonesia. Pesannya adalah sebagai berikut :

Pemerintahan Indonesia mewakili sebuah negeri Muslim taat yang menghargai Islam dan memahami serta menerapkan nilai-nilai ajaran mulianya. Sungguh jelas bahwa kepala negara Indonesia dan rakyatnya berbagi nilai-nilai kebaikan yang sama dan memiliki penghargaan istimewa terhadap Islam, dan karenanya merupakan bangsa yang terpuji.

Persengketaan dan perpecahan yang secara khusus ditujukan terhadap masyarakat yang menaati dan menghargai Islam adalah buah dari kekacauan, teror dan rasa permusuhan yang sengaja dibuat oleh pola pikir materialis dan Darwinis agar timbul di dalam masyarakat. Sebagaimana yang terjadi di mana pun di dunia ini, kekuatan berpaham Darwinis, Marxis dan atheis ini mengira bahwa mereka dapat mengadu domba saudara-saudari kita sesama Muslim yang tulus di Indonesia agar saling baku hantam melalui perselisihan dan tipu daya. Mereka berupaya menanamkan kemarahan dan kekerasan di antara kaum Muslim dengan menimbulkan persengketaan yang sengaja dibuat.

Di sebuah negeri yang dihuni oleh orang-orang saleh yang menghormati Islam, segala bentuk pemberontakan yang sengaja dimunculkan melawan negara yang dipicu akibat pengaruh kekuatan-kekuatan ini beserta pola pikir Darwinis, Marxis dan atheis mereka akan melukai kedua belah pihak dan menyebabkan timbulnya peperangan yang tidak perlu. Untuk menghindari dan menghapuskan hasutan kekuatan Darwinis, materialis ini yang tujuannya adalah merusak persatuan dan kesatuan negara serta memecah belah bangsa mereka melalui separatisme, dan mempertahankan agar kedamaian, kesejahteraan dan keamanan meliputi negeri itu, masyarakat wajib dididik untuk memerangi pola pikir Darwinisme, materialisme, Marxisme dan Leninisme, atheisme, Zionisme atheis, Freemasonry dan imperialisme. Pendidikan intelektual dan budaya seperti itu sama sekali tidak bisa diabaikan.

Itulah mengapa sedemikian penting untuk mendorong rakyat Indonesia menyebarkan nilai-nilai ajaran yang baik dan mengembangkan kegiatan-kegiatan bersifat budaya dalam rangka menghapus makar Darwinis dan atheis terhadap negeri-negeri Muslim. Caranya bisa memanfaatkan sarana teknologi dalam rangka menjelaskan kepada masyarakat bahwa pola pikir Darwinis bertumpu pada landasan berpijak yang keliru dan rapuh.

Islam dan Al Qur’an dapat dijelaskan ke lebih banyak orang, beserta seruan agar menjalankan nilai-nilai akhlak baik, melalui penyampaian tulisan dan lisan dan dengan membuat situs-situs internet baru. Melalui cara ini, orang semakin mampu mengokohkan rasa cinta kepada Allah dalam hati mereka dan dengan demikian memperlakukan satu sama lain dengan rasa kasih sayang dan tenggang rasa.

Mereka dapat dididik untuk mencegah malapetaka akibat Darwinisme serta semua persengketaan dan keruntuhan akhlak yang ditimbulkannya. Sekali mereka telah mengenal keindahan nilai-nilai akhlak Islami, mereka akan lebih mencintai satu sama lain. Ketika tabiat kebohongan Darwinisme dan materialisme diungkap dan dijelaskan kepada mereka, maka sirnalah pembenaran akal bagi permusuhan dan perselisihan yang sengaja dimunculkan; kekacauan dan perselisihan akan kehilangan semua maknanya dan mulai tampak sama sekali tidak masuk akal. Persengketaan yang sengaja dibuat pasti mustahil muncul dalam lingkungan seperti itu.

Dunia Islam memerlukan persatuan dan kesatuan, persahabatan, kedamaian dan akhlak mulia yang dikehendaki oleh nilai-nilai ajaran Islam. Dengan mewujudkan hal ini melalui kegiatan intelektual dan budaya, masyarakat Indonesia dapat memimpin gerakan penting ini dan menjadi teladan sangat baik bagi dunia selebihnya (sumber



Kemajuan Politik Untuk Menjemput Masa Keemasan


Cendikiawan Turki Dr. Adnan Oktar yang kondang di dunia dengan nama pena Harun Yahya menyatakan, Muslim Indonesia agar menyiapkan diri menjemput masa keemasan yang datang sepuluh tahun ke depan.

"Asal anda bersatu, tidak terpecah-pecah, Insya Allah kebangkitan Islam di Asia akan berpusat di Indonesia. Kami di Turki akan mendorong 'renaissance' (kebangkitan kembali) yang sama di Eropa," katanya dalam wawancara khusus dengan Antara di kediamannya, pinggiran selat Bhosporus, Istanbul, Turki, Sabtu.

Harun Yahya adalah cendekiawan Muslim yang dihormati dan punya andil besar dalam perjuangan Islamisasi dalam masyarakat Turki yang sekuler.

Ia dianggap tokoh yang mengantarkan kemenangan Partai Keadilan dan Kesejahteraan (AKP) dalam Pemilu di Turki dan keberhasilan Abdullah Gul menduduki kursi orang nomor satu di negara sekuler itu. Abdullah Gul meraih suara mayoritas dari parlemen yang memang didominasi AKP.

Ini dianggap sejumlah kalangan sebagai awal era Islamisasi Turki yang dalam kurun waktu lama sangat kuat memegang sekularisme.

Terhitung, sejak ambruknya Khilafah Islamiyah Turki pada 1924, negeri itu menjadi simbol sekulerisme dipelopori pendirinya, Mushtafa Kamal Ataturk. "Islam sudah bangkit di Turki dan tentu saja di Indonesia," katanya.

Harun pernah datang ke Indonesia dua tahun lalu dalam Konferensi Cendikiawan Muslim dunia dan melihat perkembangan pemahaman dan pelaksanaan Islam yang makin kuat di Indonesia.

Semarak agama dan ibadah sangat terasa, namun dari segi-segi kepartaian dianggap terlalu banyak partai yang berlabel Islam. "Sekarang kehidupan partai di negeri Anda nampak masih berkaum-kaum, nanti Insya Allah akan fokus bersatu," kata Harun Yahya yang menulis ratusan buku dan DVD tentang Islam dan diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Situs yayasannya bahkan dikunjungi lima juta orang setiap bulan.

Ia menekankan pentingnya kaum Muslim di Indonesia, Turki atau di mana pun untuk berjuang menggapai kekuasaan melalui cara-cara demokratis lewat Pemilu, bukan dengan kekerasan, anarki, apalagi terorisme. "Prinsip Islam itu sejalan dengan demokrasi. Mari berjuang dengan cara (demokrasi) ini," nasihatnya.

Dalam 10 tahun yang akan datang, lanjutnya, Islam akan bangkit setelah terpuruk akibat serangan 11 September 2001.

Islam yang "Rahmatan Lilalamin" sudah dibajak oleh radikalisme Taliban dan Al Qaida. "Mereka bukan representasi Islam. Mayoritas Muslim adalah moderat dan cinta damai. Terorisme dan kekerasan bukan jiwa Islam," katanya. Tapi radikalisme dan terorisme, justru membuat fobia Islam (ketakutan pada Islam) meningkat di Eropa dan negara Barat.

Ia mengatakan model pemerintahan masa kekuasan Otoman 500 tahun lalu bisa mengakhiri fobia Islam dan paranoia di Barat terhadap Islam dan kaum Muslimin. Kesultan Otoman (Usmaniyah), katanya, sangat toleran terhadap warga Kristen dan Yahudi selama berabad-abad masa kekuasaannya.

Indonesia dan Turki bisa berperan penting dalam menepis isu terorisme dan Islamophobia di Barat, dan harus berkampanye mencegah prasangka buruk dan pemahaman yang salah tentang isu-isu itu. "Misi kita adalah agar Barat bisa memahami Islam yang sebenarnya dan tidak salah faham terhadapnya," demikian Dr. Harun Yahya.

Sabili

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar