Kumpulan tulisan bersumber dari ajaran-ajaran Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani qs dan Syekh Gabriel Fouad Haddad
A'uudzu billahi minasy syaithanirrajiim
Bismillahirrahmanir rahiim
Walhamdulillah wassholatu wassalamu 'ala Rasulillah wa 'ala aalihi wasahbihi wa man tabi'ahu bi-ihsanin ilaa yaumiddin
Pengantar
Di bagian sebelumnya telah kita bahas, bagaimana para sahabat bertabarruk dengan rambut Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam, dengan kuku Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam, dengan keringat beliau sallAllahu ‘alayhi wasallam, dan dengan air ludah serta air bekas wudhu’ beliau sallAllahu ‘alayhi wasallam. Masih terkait dengan bagian ke-3, pada tulisan bagian ke-4 tentang adab hormat dan tabarruk ini, kita akan melihat bagaimana rasa hormat dan cinta para sahabat ditunjukkan pula dengan mencium tangan, dan kaki Nabi Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam, serta kulit badan beliau sallAllahu ‘alayhi wasallam. Hal inilah yang selama lebih dari 1400 tahun ini, banyak diteladani oleh segenap ummat Islam Ahlussunnah wal Jama’ah, khususnya bagi para murid/santri dalam menuntut ilmu dan hikmah pada para guru/ulama/syaikh- mereka.
Tentu saja, di samping sebagai perwujudan adab hormat, dan kecintaan para sahabat ini kepada guru mereka, Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam, sikap seperti yang akan kita lihat dari banyak hadits di bawah, juga sebagai tabarruk, mengharapkan aliran barakah Allah lewat kekasih-Nya, sayyidina wa Mawlana Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam. Hal ini nampak jelas, misalnya dari hadits nomor 1 di bawah:
“…..terbiasa untuk menjumput tangan Nabi dan berebut untuk meraih keperluan mereka dengannya."
Atau dari hadits nomor 2 dari Sayyidah ‘Aisyah r.a.:
“…dan menyapu beliau dengan tangan kanan beliau mengharapkan barokah lewatnya.”
Sekali lagi, semua ini didasari keyakinan para sahabat radiyallahu ‘anhum ajma’in, bahwa beliau sallAllahu ‘alayhi wasallam adalah Kekasih Allah, serta penghulu segala ciptaan, yang dengan menunjukkan kecintaan mereka pada beliau, insya Allah, rahmat dan barakah Allah pun akan tercurah bagi diri mereka. Keyakinan yang sama pula dengan yang dimiliki ummat Islam terhadap para Kyai/Ulama/Awliya’ , bahwa mereka (para Ulama’ dan Awliya’) adalah pewaris pada Nabi, pewaris ilmu dan akhlaq Nabi, sekaligus pewaris cinta dan kecintaan Allah, yang dengan menunjukkan kecintaan pada mereka ini, insya Allah menjadi jalan/asbab tercurahnya Rahmat Allah Ta’ala.
Untuk menyingkat ruang, marilah langsung kita perhatikan satu persatu contoh adab dan tabarruk para Sahabat terhadap Nabi Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam dengan tangan, kaki, serta kulit beliau.
Tabarruk Para Sahabat Dengan Tangan Dan Kaki Suci Nabi Saw
1. Hadits pertama Imam Ahmad yang diriwayatkan dari Anas ibn Malik dalam Musnadnya adalah: "Seluruh masyarakat Madinah terbiasa untuk menjumput tangan Nabi dan berebut untuk meraih keperluan mereka dengannya."
2. Diriwayatkan dari 'Aisyah Ummul Mukminin, "Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam, ketika sedang mengeluh, membaca tiga surat terakhir dari Quran, atas dirinya sendiri dan meniupkannya." 'Aisyah berkata pula, "Ketika sakitnya menghebat, aku membacakannya atas beliau dan menyapu beliau dengan tangan kanan beliau mengharapkan barokah lewatnya."
3. Usama ibn Syarik meriwayatkan, "Aku datang untuk melihat Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam ketika para sahabat sedang bersama beliau, dan mereka seperti terdiam, seolah-olah ada burung yang berada di kepala mereka. Aku memberi salam, dan duduk. (Kemudian seorang Badui datang dan bertanya yang dijawab oleh Nabi)... Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam kemudian berdiri dan orang-orang pun berdiri. Mereka mulai menciumi tangan beliau, dan aku mengambil tangan beliau dan menaruhnya di wajahku. Aku merasakannya lebih harum dari misik dan lebih sejuk dari air segar."
[Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud #3855, Tirmidzi #2038 - hasan shahih, Ibn Majah (3436), al-Hakim (4:399), dan Amad (4:278). Al-Hafiz Imam Bayhaqi merefernya dalam cabang ke-15 dalam kitabnya Syu'ab al-Iman (cabang-cabang Iman), berjudul "Cabang ke-15 dari iman, menghormati Nabi, mengakui ketinggian kedudukannya, dan menghormatinya" (al-khamis 'ashar min syu'ab al-iman wa huwa babun fi ta'zim an-nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam wa ijlalihi wa tawqirihi) vol. 2 halaman 200 (#1528).]
4. Ibn 'Umar menceritakan suatu cerita dan berkata, "Kami kemudian datang mendekati Nabi dan mencium tangan beliau."
[Hadits diriwayatkan oleh Ibn Majah di Sunannya, Kitab Adab, bab tentang mencium tangan orang lain; dalam Sunan Abu Dawud, Kitab Adab, bab mencium tangan dan dalam Musannaf Ibn Abi Shayba dengan dua sanad yang berbeda.]
5. Umm Aban putri al-Wazi' ibn Zari' meriwayatkan bahwa kakeknya Zari' al-'Abdi, yang adalah anggota utusan 'Abd al-Qays, berkata: "Ketika kami datang ke Madinah, kami berlomba untuk menjadi yang pertama meraih dan mencium tangan dan kaki Nabi Allah ... (hingga akhir hadits) "
[Hadits riwayat Abu Dawud, 41: 5206]. Bukhari meriwayatkan dari Umm Aban hadits serupa dalam kitabnya Adab al-mufrad: Kami berjalan dan seseorang berkata, Rasulullah hadir", hingga kami meraih tangan beliau dan kaki beliau dan menciumnya.]
6. Burayda meriwayatkan bahwa seorang Arab Badui datang kepada Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam, dan bertanya, "Wahai Utusan Allah, berikan izin kepadaku untuk mencium kepalamu dan kedua tanganmu," dan ia memperoleh izin itu. Dalam versi lain, dia meminta izin untuk mencium kepala dan kaki.
[Hadits diriwayatkan oleh al-Ghazali dalam Ihya'nya dan versi yang menyebut kaki dalam Mustadrak Imam al-Hakim dan di Ibn Muqri. Baik Hakim maupun al-'Iraqi menyatakan bahwa rantai hadits yang kedua shahih.]
7. Dari Safwan ibn 'Asal al-Muradi: "Seorang dari dua orang Yahudi berkata ke temannya. "Bawa kami ke nabi ini hingga kami dapat menanyainya tentang sepuluh tanda Musa"... (Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam menjawab dengan lengkap) kemudian mereka mencium tangan dan kaki beliau dan berkata "Kami bersaksi bahwa engkau adalah seorang nabi..."
[Hadits diriwayatkan oleh Ibn Abi Shayba di Kitab Adab bab seorang pria yang mencium tangan pria lain saat menyalaminya, dan oleh Tirmidzi di kitab Adab dan ia menyatakannya hasan shahih, juga oleh Nasa'i, Ibn Maja dalam Kitab Adab, dan Al-Hakim menyatakannya shahih].
8. "Ketika kami bersama Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam dalam suatu ekspedisi, seorang Badui datang dan meminta mukjizat. Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam yang mulia menunjuk ke sebuah pohon dan berkata ke Badui itu: "Katakan ke pohon itu bahwa utusan Allah memanggilmu". Pohon itu bergoyang dan mencabut dirinya sendiri, dan datang ke hadapan Utusan Allah sallAllahu ‘alayhi wasallam yang mulia, duduk, dan berkata, "Keselamatan bagimu wahai utusan Allah!" Kemudian Badui itu berkata, "Sekarang biarkan ia kembali ke tempatnya!" Ketika Rasulullah memerintahkan, pohon itu kembali ke tempatnya. Badui itu berkata, "Izinkan aku memujamu!" Rasulullah menjawab, "Tak seorangpun boleh melakukan hal itu (haram)." Badui itu lalu berkata, "Kalau begitu aku akan MENCIUM TANGAN DAN KAKIMU." Beliau sallAllahu ‘alayhi wasallam MENGIZINKANNYA (jaa'iz). (Dari al-Qadi 'Iyad di kitab ash-Shifa', 1:299, dan al-Bazzaar dalam Musnad, 3:49).
Tabarruk Para Sahabat Dengan Kulit Rasulullah Yang Terberkati
1. Diriwayatkan oleh Usayd ibn Hudayr: Abdurrahman ibn Abu Layla, mengutip Usayd ibn Hudayr al-Anshori, berkata bahwa ketika ia tengah berolok-olok dan bercakap-cakap dengan orang-orang hingga membuat mereka tertawa, Nabi menyodoknya di rusuknya dengan sebuah tongkat. Ia (Usayd) berkata, "Izinkan aku membalas." Beliau sallAllahu ‘alayhi wasallam bersabda, "Lakukan pembalasan." Ia berkata, "Engkau memakai baju sedangkan aku tidak." Nabi kemudian mengangkat bajunya, dan orang itu memeluk beliau dan mulai mencium sisi badan beliau sallAllahu ‘alayhi wasallam." Ia berkata: "Inilah yang aku inginkan, wahai utusan Allah!". [Hadits riwayat Abu Dawud kitab 41, no. 5205].
2. Ibn 'Abd al-Barr meriwayatkan dalam Isti'ab fi Ma'rifat al-ashab bahwa Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam, setelah melarang dua atau tiga kali penggunaan khaluq (sejenis parfum yang dicampur dengan saffron), dan melihat Sawad ibn 'Amr al-Qari al-Ansari memakainya, mendorongnya di bagian tengah dengan sebuah jarida (batang pohon palem) dan ia (Sawad) tergores. Sawad meminta pembalasan; ketika Nabi membuka pinggangnya, ia (Sawad) melompat dan mencium pinggang Nabi.
Versi Ibn Ishaq di Sira, menyebutkan, bahwa Sawad berada dalam barisan menuju Badr saat terjadinya kejadian ini. Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam mengatur barisan dengan tongkatnya (miqra'a) dan beliau mendorong pinggang Sawad dengannya, melukainya secara tidak sengaja, dengan kata-kata: "Luruskan dirimu dengan yang lain". Sawad berkata, "Ya Rasulullah, engkau melukaiku, izinkan aku membalasmu." Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam memberinya tongkat itu dan berkata, "Ambillah pembalasan." Sawad mendekatinya dan mencium beliau di pinggangnya. Nabi berkata, "Apa yang membuatmu berbuat demikian, wahai Sawad?" Ia menjawab. "Wahai Rasulullah, waktunya telah datang untuk apa yang kau lihat, aku menginginkan perbuatan terakhirku di dunya ini adalah untuk menyentuhmu."
3. Buhaysah al-Fazariyyah meriwayatkan: "Ayahku meminta izin dari Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam. Kemudian beliau datang mendekatinya dan mengangkat bajunya, dan mulai mencium beliau dan memeluknya karena mencintainya. .. " [Hadits riwayat Abu Dawud, Kitab 9, no. 1665].
Penutup
Alhamdulillah wa Syukurlillah, pada bagian sebelumnya, telah kita selesaikan mengulas contoh-contoh serta teladan adab hormat dan tabarruk para Sahabat terhadap Nabi kita, Nabi Besar Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam, melalui anggota tubuh suci beliau maupun apa-apa yang keluar/melalui tubuh suci beliau sallAllahu ‘alayhi wasallam. Insya Allah pada bagian berikutnya dari serial tulisan ini, kita akan melihat bagaimana para Sahabat beradab hormat dan bertabarruk dengan benda-benda kepunyaan Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam.
Wallahu a’lam bissawab.
Wa min Allah at-Tawfiq. Bihurmatil Habib. Al-Fatihah.
Sumber:
Milis muhibbun_naqsybandi
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar