Mawlana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani
Diambil dari Pearls and Coral
Dalam kalangan Naqsybandi seseorang tidak diizinkan untuk memperlihatkan kekuatan ajaibnya. Menunjukkan segala bentuk kekuatan ajaib tidak akan membawa kalian pada tingkat yang lebih tinggi.
Saat beliau masih muda, Grandsyaikh sering melakukan banyak hal, namun oleh gurunya beliau diperintahkan untuk berpisah dengan kekuatan ajaibnya. "Seperti istri bercerai dengan pasangannya, engkau harus bercerai dari kekuatanmu; jangan kembali padanya lagi, tak ada gunanya."
Orang-orang harus mengikuti kami karena ilmu pengetahuan yang diilhamkan pada kami – bukan karena kami mampu menembus dinding atau berjalan di atas api atau terbang ke angkasa. Saya mengetahui syaikh-syaikh yang seperti ini (sambil memegang ikat pinggang ke telinganya) dan mereka berbicara seperti sedang menelpon. Mereka dapat menelpon orang tua kalian di negaranya, persis seperti ini. Hal yang tidak kami sukai di lingkungan Naqsybandi.
Saya akan bercerita tentang Sayyidina Syah Naqsyband, pemimpin kita. Saat itu di Bukhara, mereka biasa panen gandum, menggilingnya, dan membuat roti untuk dimakan. Suatu ketika, datang musim kering dan selama 2 atau 3 tahun tidak ada hujan. Tak ada yang bisa dipanen dan tak ada tepung di kota. Anak-anak mulai sekarat kelaparan.
Mereka tahu kalau Syah Naqsyband adalah orang suci yang agung. Maka datanglah mereka pada beliau, "Tolonglah! Seluruh kota sedang sekarat." Syah Naqsyband sangat masyhur baik karena ilmu eksternal maupun ilmu internal, dan juga dipercaya sebagai ulama besar Islam.
Karena melihat mereka kelaparan, rasa iba pun timbul dan beliau berkata, "Berapa pun sisa gandum yang masih ada di kota bawalah kepadaku." Mereka menemukan sedikit gandum dari sebuah rumah orang paling kaya di kota itu. Beliau membawa gandum berharga itu menuju penggilingan tepung. Saat itu mereka menggunakan sapi-sapi untuk memutar batu. Beliau menaruh gandum di antara dua batu dan meletakkan kepala beliau menggantikan sapi-sapi, dan mulailah beliau berputar. Semakin cepat beliau berputar, tepung pun keluar dan keluar terus dan beliau meminta seluruh kota untuk datang dan mengisi tas masing-masing.
Seluruh rumah telah penuh dengan bahan pangan yang cukup untuk 2 sampai 3 tahun mendatang, hanya dari sedikit gandum yang dibawa pada beliau. Beliau menunjukkan kekuatan ajaibnya, namun hal tersebut dilakukan tanpa meminta izin terlebih dahulu.
Sebelum menunjukkan kekuatannya, mereka harus meminta izin pada Nabi SAW melalui hubungan spiritual. Jika diizinkan, mereka dapat menunjukkan kekuatan tersebut tanpa disalahkan nantinya. Jika izin tidak diberikan, maka orang-orang suci wajib menjaga dirinya layaknya manusia normal lain, tanpa ada perbedaan di antara mereka. Syah Naqsyband, meskipun beliau pemimpin besar pada saat itu, beliau tidak meminta izin. Saat beliau akan wafat, murid-muridnya pun telah menempatkan beliau pada tempat tidur. Namun mereka terus melihat beliau terjatuh. Karena beliau terus terjatuh, janggutnya yang panjang pun menyentuh tanah – dan beliau terus berteriak, "Yaa `Afuww, yaa `Afuww... Wahai Yang Maha Pengampun, ampunilah aku, ampunilah aku…" sambil terus menangis.
Melalui ilham, beliau mendengar sebuah suara, "Mengapa engkau menunjukkan kekuatan-kekuatan ajaib itu? Apakah engkau mempunyai rasa iba lebih di dalam hatimu daripada Aku? Engkau kira Aku tidak tahu mereka kelaparan? Akulah yang membuat mereka kelaparan. Mengapa engkau turut campur dalam Kehendak-Ku?"
Orang-orang suci besar mengetahui, bahwa jika kalian menunjukkan kekuatan ajaib, kalian sedang turut campur dalam takdir Tuhan. Karena itulah mereka tidak suka menunjukkannya. Mereka ingin tetap berenang dalam samudra, dan apa pun takdir Tuhan yang telah ditulis untuk terjadi, mereka menerimanya dan tidak ingin mengubahnya. Orang suci yang tingkatannya lebih rendah ingin mengubah takdir Tuhan karena mereka belum sampai pada tahap kesempurnaan.
Karena itu syaikh-syaikh Naqsybandi yang membawa rahasia-rahasia Nabi SAW tidak menunjukkan kekuatan spiritualnya. Kekuatan ajaibnya hanyalah pada ilmunya, ilham yang datang di dalam hati mereka. Mereka tidak menunjukkan keajaiban fisik.
Saya mengetahui ada orang suci di Tripoli, Libanon. Cerita terkenal dari ayah dan paman-paman saya. Nama beliau adalah Syaikh `Ali al-`Omari, orang suci Thariqat Qadiri. Saat kapal Italia tiba di pantai Libanon pada tahun 1942, kapal itu penuh dengan paket makanan untuk masyarakat Libanon. Namun komandan kapal Italia itu menolak untuk membongkar muatan karena suatu alasan. Perintahnya adalah untuk kembali lagi.
Syaikh `Ali pergi ke pantai, mengambil sebuah kail ikan dan menarik kapal itu lalu memegangnya. Hanya mengailnya dan kapal itu pun tak bisa bergerak. Kata beliau, "Tak akan kubiarkan kapal bergerak kecuali muatan dibongkar." Setelah 2 atau 3 hari mereka pun masih terlibat negoisasi. Beliau tidak ingin wudhu, makan atau apa pun. Beliau berdoa sambil memegang kail. Beliau tidak mau bergerak. Setelah mereka membongkar muatan, beliau pun melepaskan kapal itu.
Ada banyak orang suci yang turut campur, namun hal itu bukan karakteristik tingkat kesempurnaan tertinggi. Adalagi orang suci Naqsybandi yang bernama Sa`d ad-Din Jabawi. Saya melihat peristiwa itu saat berusia delapan belas atau sembilan belas tahun. Saya berada di rumah Grandsyaikh di Damaskus. Sebuah utusan para ulama mengunjungi beliau dan berkata, "Oh Mawlana, mereka ingin membuat sebuah jalan. Namun makam Sidi Sa`d ad-Din Jabawi menghalangi jalan itu. Pemerintah mengirim buldoser untuk meratakan makam itu, namun tidak mampu mendekatinya. Setiap mendekati makam, buldoser itu pun berhenti."
Mereka datang pada Grandsyaikh karena tahu bahwa di sana ada hubungan antara Sidi Sa`d ad-Din Jabawi melalui thariqat, dan memohon pada beliau, "Tolong, pecahkan masalah ini untuk kami."
Mawlana Syaikh `Abdullah menjawab, "Beri aku waktu dua sampai tiga hari." Setelah dua hari, beliau katakan, "Pergi ke makam orang suci itu malam ini; berdzikirlah di sana, kalian semuanya; lalu bukalah makamnya pada pagi hari dan pindahkan makamnya ke tempat lain."
Tetapi Sidi Sa`d ad-Din Jabawi telah meninggal 500 tahun yang lalu! Seperti kata Wahabi saat ini, "Apa yang tertinggal darinya?" Mereka telah habis; hanya tanah yang ada di sini sekarang.
Tanah bagaimana? Nabi SAW bersabda, "Tuhan melarang bumi memakan tubuh para nabi." Lalu firman Tuhan dalam Quran [3.169]. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah I itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.
Apa yang benar bagi para nabi dan syuhada dalam dua contoh ini terjadi pula pada orang-orang suci, orang-orang baik dan mereka yang tulus ikhlas. Mereka masih hidup.
Lalu mereka pun tertawa, "Dia masih di situ?" Tentu beliau masih di sana, kalau tidak mengapa buldoser kalian tidak mampu melintasinya? Malam itu mereka berdzikir, dan paginya murid Syaikh `Abdullah mulai membuka makam itu, dari bata ke bata sampai batu utamanya. Mereka menyingkirkan batu besar dan udara di sekitarnya tercium bau wangi.
Nampak sebuah cahaya memancar. Saat itu adalah saatnya fajar akan tiba. Saat semuanya masih gelap dan matahari mulai menyibak cakrawala.
Mereka menemukan beliau dalam lubang makamnya, seperti baru saja dimakamkan, sangat bersih, wajahnya seperti baru saja meninggal. Kulitnya seperti memerah saat kalian cubit. Saya berada di sana. Saat mereka membuka makam dan memindahkannya. Saya bersama kakak saya. Mereka mengangkat beliau dan menguburnya lagi tak jauh dari situ.
Beliau telah dikubur di sana selama 500 tahun. Apa yang dikatakan orang-orang bahwa "tidak ada orang suci" padahal Tuhan berfirman dalam Qur'an [10.62], "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati; dan dalam hadits Qudsi, "Awliya'i tahta qibaabii`i la ya`lamuhum ghayrii" (Ghazali, Hujwiri).
"Orang-orang suci berada dalam naungan-Ku, tak ada yang mengetahui mereka kecuali Aku."
Ulama-ulama dikenal setiap orang. Jika Tuhan ingin menyebut ulama Dia akan menyebut 'ulama`iy. Tetapi Dia mengatakan awliya'i, orang-orang suci-Ku berada di bawah naungan-Ku, tak seorang pun mengetahuinya, mereka tersembunyi.
Orang-orang suci disembunyikan. Dan kalian tidak membeli kesucian dengan ilmu para ulama (pengetahuan). Orang suci adalah hadiah bagi suatu kaum dari Tuhan. Mereka tidak menjadi orang suci dengan pergi ke universitas dan menerima gelar. Kondisi orang suci adalah hadiah dari Tuhan untuk hati-hati manusia. Biarpun mereka tidak tahu sama sekali tentang ilmu akademis, Tuhan membuka jalur di dalam hatinya dan pada saat itu, tak ada apa pun dalam kehidupan ini yang tidak diketahuinya.
Wa min Allah at tawfiq
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar