Para ahli telah banyak melakukan penelitian untuk mengetahui rahasia di balik perasaan senang yang dirasakan manusia di saat mereka mengambil suatu keputusan tertentu, atau yang disebut dengan ‘ketenangan’ (ithmi’naan).
Untuk maksud itu, mereka telah melakukan eksperimen lewat cara pembedahan, dengan tujuan untuk mengetahui bagian mana dari tubuh manusia yang mempunyai peran bagi proses ‘ketenangan’ ini. Penelitian itu, untuk sementara waktu, menyimpulkan bahwa pusat dari ‘ketenangan’ ini terdapat pada otak sebagai sentral bagi semua syaraf yang berfungsi untuk mengontrol semua proses penangkapan dan identifikasi sinyal yang masuk ke dalam tubuh.
Akan tetapi ketika dilakukan penelitian dengan menggunakan bukti-bukti empirik, analisa darah dan hitungan besaran detak jantung, kemudian dilakukan perbandingan detak jantung dalam berbagai kondisi berikut: 1) Ketika manusia diam dan tidak berpikir untuk mengambil keputusan apa pun. 2) Ketika ia mengambil keputusan dan merasa senang karenanya. 3) Ketika ia mengambil keputusan dan merasakan kekhawatiran atas akibat yang akan diterimanya. 4) Ketika ia mengambil keputusan di bawah tekanan jiwanya yang tidak normal.
Penelitian empirik dan perbandingan antara berbagai kondisi di atas, menunjukkan adanya perbedaan kondisi hati dilihat dari sudut fisiologi. Berdasarkan penelitian di atas yang diperkuat juga oleh hasil pengamatan kondisi biologis dari hati ketika ia merasakan kepuasan atas peristiwa yang menimpanya, para ilmuwan meyakini bahwa hatilah yang mempunyai tanggung jawab terbesar atas timbulnya perasaan tenang dan senang yang dirasukan manusia. Meskipun mekanisme timbulnya perasaan tenang itu, belum diketahui secara pasti oleh para ahli.
Kerumitan penelitian, seperti yang tergambar di atas, apabila kita bandingkan dengan apa yang kita dapatkan dalam Alquran, maka kita dapatkan bahwa Alquran dengan ringkas namun padat, sejak 14 abad yang lalu telah menyatakan hal yang sama dengan hasil penelitian di atas. Dalam surah Ar-Ra’d ayat 28, Allah SWT berfirman: "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah, hati menjadi tentram."
Sebagaimana dalam surah Al-Baqarah ayat 260, Allah SWT berfirman: "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku, bagaimana Engkau menghidupkan orang mati?" Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)."
Untuk maksud itu, mereka telah melakukan eksperimen lewat cara pembedahan, dengan tujuan untuk mengetahui bagian mana dari tubuh manusia yang mempunyai peran bagi proses ‘ketenangan’ ini. Penelitian itu, untuk sementara waktu, menyimpulkan bahwa pusat dari ‘ketenangan’ ini terdapat pada otak sebagai sentral bagi semua syaraf yang berfungsi untuk mengontrol semua proses penangkapan dan identifikasi sinyal yang masuk ke dalam tubuh.
Akan tetapi ketika dilakukan penelitian dengan menggunakan bukti-bukti empirik, analisa darah dan hitungan besaran detak jantung, kemudian dilakukan perbandingan detak jantung dalam berbagai kondisi berikut: 1) Ketika manusia diam dan tidak berpikir untuk mengambil keputusan apa pun. 2) Ketika ia mengambil keputusan dan merasa senang karenanya. 3) Ketika ia mengambil keputusan dan merasakan kekhawatiran atas akibat yang akan diterimanya. 4) Ketika ia mengambil keputusan di bawah tekanan jiwanya yang tidak normal.
Penelitian empirik dan perbandingan antara berbagai kondisi di atas, menunjukkan adanya perbedaan kondisi hati dilihat dari sudut fisiologi. Berdasarkan penelitian di atas yang diperkuat juga oleh hasil pengamatan kondisi biologis dari hati ketika ia merasakan kepuasan atas peristiwa yang menimpanya, para ilmuwan meyakini bahwa hatilah yang mempunyai tanggung jawab terbesar atas timbulnya perasaan tenang dan senang yang dirasukan manusia. Meskipun mekanisme timbulnya perasaan tenang itu, belum diketahui secara pasti oleh para ahli.
Kerumitan penelitian, seperti yang tergambar di atas, apabila kita bandingkan dengan apa yang kita dapatkan dalam Alquran, maka kita dapatkan bahwa Alquran dengan ringkas namun padat, sejak 14 abad yang lalu telah menyatakan hal yang sama dengan hasil penelitian di atas. Dalam surah Ar-Ra’d ayat 28, Allah SWT berfirman: "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah, hati menjadi tentram."
Sebagaimana dalam surah Al-Baqarah ayat 260, Allah SWT berfirman: "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku, bagaimana Engkau menghidupkan orang mati?" Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)."
Sumber: Ensiklopedi Petunjuk Sains dalam Alquran dan Sunnah
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar