SEMIOTIK MALAM
Rizky Endang Sugiharti
seperti ada luka yang menguak
dari carut - marutnya wajahmu yang bungkam
malam kerap mencumbu kau dalam kebimbangan
dari carut - marutnya wajahmu yang bungkam
malam kerap mencumbu kau dalam kebimbangan
kau selalu menjumpai persimpangan di jalan tua itu
namun kau masih terpaku
dalam ragu melekat di jantungmu
namun kau masih terpaku
dalam ragu melekat di jantungmu
bukankah kau harus berlari?
menerjemah simbol - simbol drama kehidupan ini?
lantas mengapa kau masih tersungkur pada malam
menerjemah simbol - simbol drama kehidupan ini?
lantas mengapa kau masih tersungkur pada malam
malam adalah penuntun gundah gulana untukmu
"Ya, kuibaratkan seperti itu untukmu!"
"Ya, kuibaratkan seperti itu untukmu!"
sebab kau masih mengutuk jalan pada selembar fotografi
mungkin kau belum memahami
rumusan sudut siku - siku kehidupan ini
mungkin kau belum memahami
rumusan sudut siku - siku kehidupan ini
namun kau masih saja bersembunyi
di balik mata lemahmu yang kau simpan
di balik mata lemahmu yang kau simpan
malam bukan duka
yang meraung, hingga merajang - rajang senyummu!
"Bukan!"
yang meraung, hingga merajang - rajang senyummu!
"Bukan!"
maka, tak kan ada lagi gelap dalam malammu
jika kau mampu meneranginya sendiri
jika kau mampu meneranginya sendiri
Batas Kota, 02 Mei 2012
HUJAN UNTUK PETANG
Rizky Endang Sugiharti
Hujan seperti tangis yang jujur
dan petang adalah senyum yang tak berpura – pura
kadang aku ingin menjadi langit biru
yang tak akan kau tafsir dalam keheningannya.
dan petang adalah senyum yang tak berpura – pura
kadang aku ingin menjadi langit biru
yang tak akan kau tafsir dalam keheningannya.
Petang di kotaku bersanding hujan yang tak terhitung
mungkinkah kau menebak cinta yang mengalir
ataukah menjelaga sampai batas waktu yang ditetapkan?
hujan untuk petang
adalah deskripsi cinta yang tak terikat oleh kata
mungkinkah kau menebak cinta yang mengalir
ataukah menjelaga sampai batas waktu yang ditetapkan?
hujan untuk petang
adalah deskripsi cinta yang tak terikat oleh kata
Walau terkadang kau mengeja kata – kata yang tersembunyi
namun itulah hujan yang menggelincir di dinding hatimu
sebab kau tau
aku adalah penunggu petang di ujung jalan itu
namun itulah hujan yang menggelincir di dinding hatimu
sebab kau tau
aku adalah penunggu petang di ujung jalan itu
Biarkan kau membaca dan mengartikan cintaku
karena cintaku adalah tetes hujan pada jendela hatimu
biarkan matahari berpikir akan mengeringkan basah di ruang hatimu
lantaran ia tidak tahu
sebenarnya ia keliru
namun perlu kau tahu,
“ Aku selalu bermukim di kota cintamu!”
karena cintaku adalah tetes hujan pada jendela hatimu
biarkan matahari berpikir akan mengeringkan basah di ruang hatimu
lantaran ia tidak tahu
sebenarnya ia keliru
namun perlu kau tahu,
“ Aku selalu bermukim di kota cintamu!”
Altar Baru, 29 April 2012
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar