Al Ahnaf Bin Qais Pemimpin Bani Tamim

Bookmark and Share
Al Ahnaf bin Qais telah mencapai derajat kemuliaan dan kepemimpinan yang menyebabkan beliau tidak lagi memandang kepada kekuasaan dan tidak bimbang jika dipecat - Ziyad

Ketika Damsyik sedang menikmati musim bunga yang sedang mekar bunga-bunganya di taman-taman yang menyegarkan dan mengharumkan, istana Amirul Mukminin, Muawiyah bin Abu Sufyan turut bersiap sedia untuk menerima para tamunya.

Selesai tamu pertama diperkenankan masuk menghadap khalifah, adik perempuannya, Ummu Hakam bin Abu Sufyan bergegas mengambil tempat duduknya di balik tabir. Ummu Al Hakam mau mendengar hadith-hadith Rasulullah s.a.w yang diperdengarkan di dalam majlis khalifah ini. Selain dari ingin mengambil kesempatan untuk mendengar kisah-kisah menarik, syair-syair yang indah dan bimbingan nasihat yang akan disampaikan dalam majlis ini.

Ummu al Hakam adalah seorang wanita pintar, bersemangat tinggi dan senantiasa mencari sesuatu yang baik. Ummu al Hakam mengetahui, kakaknya akan mengizinkan rakyatnya menghadap berdasarkan derajat mereka. Muawiyah akan menjemput terlebih dahulu sahabat Rasulullah s.a.w kemudian diikuti oleh tabiin yang ternama, para ulama dan mereka yang berkedudukan.

Cuma kali ini, Ummu al Hakam mendapati kakaknya menerima tamu pertama yang tidak disenanginya. 

Ummu al Hakam mendengar Muawiyah berkata :
"Wahai Ahnaf, setiap kali saya teringat Perang Siffin saya akan teringat engkau dan pendirianmu yang berseberangan dengan Ali bin Abi Talib. Ia menggores luka di hati ini hingga ke akhir hayat saya."

Dengan berani Ahnaf menjawab :
"Wahai Muawiyah, hati-hati yang memarahimu masih tersimpan dalam jiwa ini. Pedang yang kami gunakan untuk memerangi engkau masih lagi ada di tangan kami, Jika engkau bersedia untuk berdamai kami akan lebih bersedia untuk berdamai. Namun jika engkau bersedia untuk berperang kami akan lebih bersedia untuk berperang. Demi Allah, kami datang ke sini bukan karena mengharapkan hadiahmu atau karena kami takut kepada ancamanmu. Kami datang untuk memperbaiki hubungan, untuk mengukuhkan perpaduan dan suara umat Islam."

Selesai berkata-kata, lelaki ini berpaling dan pergi. Apabila mendengar kata-kata itu, Ummu al Hakam terdorong untuk menyelak tabir di hadapannya. Dia ingin melihat siapakah yang memulangkan buah keras dan memberikan jawaban yang begitu keras kepada khalifah.

Ummu al Hakam lihat lelaki itu memiliki tubuh yang rendah dan kecil, kepalanya botak, gigi yang tidak teratur, dagu yang senget, mata yang kuyu dan kakinya tempang. Malah segala kecacatan yang ada pada manusia lain ada padanya.

Ummu al Hakam memandang kakaknya sambil berkata :
"Wahai Amirul Mukminin, siapakah orang yang menggugat dan mengancam khalifah di tengah-tengah istana itu?"

"Orang ini jika dia marah, 100 ribu orang Bani Tamim lagi akan marah tanpa mengetahui sebab mereka marah. Dia ialah Ahnaf bin Qais pemimpin Bani Tamim. Orang Arab yang unggul, seorang pejuang dan penakluk," Jawab Muawiyah sambil memandang Ahnaf pergi.

Marilah kita hayati hidup al Ahnaf bin Qais.


Sumber: http://jarumemas.blogspot.com/2008/02/al-ahnaf-bin-qais-pemimpin-bani-tamim.html


Rahasia Al-Ahnaf bin Qais Bisa Menjadi Pemimpin

Khalid bin Shafwan berkata, “Sulaiman bin Abdul Malik bertanya kepadaku, ‘Bagaimana Al-Ahnaf bisa menjadi pemimpin bagi kaummu sedangkan ia bukanlah orang yang paling mulia dan bukan pula orang yang memiliki banyak harta?’ Maka, aku menjawab, ‘Engkau mau memilih yang mana, aku mempunyai banyak jawaban, mau yang tiga hal, dua, atau satu?’ Sulaiman bertanya, ‘Kalau yang karena tiga hal, apakah itu?’ Aku jawab, ‘Ia tidak dengki, tidak tamak, dan tidak menolak sebuah kebenaran jika memang harus diterima.’ Lalu dia bertanya lagi, ‘Kalau yang dua jawabannya, apa itu?’ Aku menjawab, ‘Ia selalu menebarkan kebaikan dan menghindari kejahatan.’ Lalu dia bertanya lagi, ‘Kalau yang satu, apa jawabannya?’ Maka, aku katakan, ‘Ia tidak menjadikan kekuasaan untuk kepentingan pribadinya pada saat ia diberi kesempatan untuk berkuasa.’ Maka, Sulaiman berkata, ‘Engkau memang hebat!’” (Shifatush Shafwah: 3/198)

Sumber: 99 Kisah Orang Shalih, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, Darul Haq, Cetakan ke-5, Shafar 1430/2009.

Sumber: http://zilzaal.blogspot.com/2013/02/rahasia-al-ahnaf-bin-qais-bisa-menjadi.html



Kesabaran Ahnaf Bin Qais

Seorang laki-laki mencaci Ahnaf bin Qais, sementara ia tidak menjawabnya. Namun orang itu terus mengikutinya sambil menujukan caciannya. Sehingga ketika telah berada dekat dengan kampung tempat tinggalnya, Ahnaf berhenti dan berkata, "Kalau masih ada yang tersisa dari cacian anda, katakanlah sekarang. Agar tak terdengar oleh beberapa anak-anak nakal dikampungku, dan mengganggu anda karenanya (Al-Ghazali)

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar