Wesel Pos kepada Tan Hong Boen di Solo,18 September 1936
Wesel Pos kepada FUCHS en RENS di Batavia, 10 April 1936
Surat kepada Wong Tek Pin di Tjiandjoer,
Presiden dari Tiong Hwa Hwee Koan – T.H.H.K
5 December 1940
Presiden dari Tiong Hwa Hwee Koan – T.H.H.K
5 December 1940
Wesel Pos kepada Liem Ping Lok di Soerabaja, 28 December 1939
Wesel Pos kepada Soensay Wan Tiong di Cheribon, 29 Januari 1940
Surat dan Wesel Pos kepada Injo Beng Goat di Batavia, 24 Augustus 1940
Wesel Pos kepada Tan Soen Hok di Batavia, 24 October 1939
Surat dan Wesel Pos kepada Comite Penerimaan
Conferentie Moehammadijah, Daerah Djawa Barat.
kehadapan Jang termoelia Padoeka Toean Tan Tek Hay
di Buitenzorg, tertanggal 12 April 1940
Surat kepada Khouw Koen Eng
Ned. Ind. Escompto Maatschapij Batavia - Centrum,
tertanggal 25 Februari 1936
Ned. Ind. Escompto Maatschapij Batavia - Centrum,
tertanggal 25 Februari 1936
Surat kepada Dr. Kwa Tjoan Sioe di Molenvliet Oost Batavia,
tertanggal 14 Januari 1938
Surat dan Wesel Pos kepada P.S. van Waveren
Directeur der N.V. Repece di Batavia-Centrum,
tertanggal 30 Mei 1938
Directeur der N.V. Repece di Batavia-Centrum,
tertanggal 30 Mei 1938
Surat dan Wesel Pos kepada KONINKLIJKE BATAVIASCHE JACHT CLUB
di Batavia, tertanggal 3 April 1939
di Batavia, tertanggal 3 April 1939
Wesel Pos kepada Dr. P.C. Hart
Thesaurier van de Koninklijke Natuurk Vereeniging di Batavia-Centrum,
tertanggal 5 Februari 1941
Thesaurier van de Koninklijke Natuurk Vereeniging di Batavia-Centrum,
tertanggal 5 Februari 1941
Surat dan Wesel Pos kepada N.V. Bataafsche Automobiel Maatschapij di Batavia,
tertanggal 18 September 1940
tertanggal 18 September 1940
Surat dan Wesel Pos kepada Koninklijke Nederlandsch Indische Motor Club
di Semarang, tertanggal 5 Juli 1940
di Semarang, tertanggal 5 Juli 1940
Surat dan Wesel Pos kepada Koninklijke Nederlandsch Indische
Vereeniging voor Luchtvaart,
di Batavia Centrum, tertanggal 5 Juni 1936
di Batavia Centrum, tertanggal 5 Juni 1936
Koleksi besar 80 bh. Dokumen, Surat dan Wesel Pos dari Tan Tek Hay.
Tan Tek Hayadalah pengusaha besar di jaman Belanda, yang memiliki perusahaan yang termasuk deretan Firma terbesar di Jawa dan Sumatera dengan aset 1 juta guilder atau lebih pada tahun 1940 yaitu N.V. Landbouw Maatschapij Waringin yang berdiri tahun 1904 dengan aset sekitar 1 juta guilder.
Sisa kejayaannya dapat dilihat dari bangunan rumah besar dengan pagar tanaman
di sebelah Honda Motor di jalan Siliwangi, Bogor.
Perkebunannya pun masih ada di daerah Sukabumi dan dilanjutkan oleh keturunannya.
Dokumen asli dari jaman Belanda dalam jumlah besar (80 bh.) adalah barang langka,
apalagi kalau pemiliknya adalah seorang tokoh besar di masa lalu.
Disimpan rapih pada sebuah Document keeper.
Silahkan lihat pada 18 bh. contoh pada gambar di atas (dari total 80 bh.)
Dokumen asli dari jaman Belanda dalam jumlah besar (80 bh.) adalah barang langka,
apalagi kalau pemiliknya adalah seorang tokoh besar di masa lalu.
Disimpan rapih pada sebuah Document keeper.
Silahkan lihat pada 18 bh. contoh pada gambar di atas (dari total 80 bh.)
“ELITE BISNIS CINA DI INDONESIA dan Masa Transisi Kemerdekaan 1940-1950”
Buku Elite Bisnis Cina di Indonesia dan Masa Transisi Kemerdekaan 1940-1950 ini memusatkan bahasan pada peran bisnis Cina dan munculnya persekutuan antara pengusaha Cina, yang sebagian besar adalah kaum totok, dengan kalangan revolusioner Indonesia.
Dikuak di dalamnya bentuk persekutuan mereka yang tercermin penyelundupan-penyelundupan yang sangat berbahaya yang banyak dilakukan pada era 1940-an.
Tan Tek Hay dengan NV Landbouw Maatschapij Waringin yang berdiri tahun 1904 dibahas pada halaman 47 dari buku ini.
Ditulis dengan berbasis riset dokumenter dan sumber-sumber lisan, buku yang padat, referensial, dan berwawasan ini juga membuktikan -kebenaran adanya transformasi komunitas pedagang Cina pada periode tersebut, dari komunitas yang didominasi Cina peranakan berpendidikan Belanda menuju komunitas yang dikuasai oleh Cina totok yang memiliki hubungan lebih baik dengan pihak penguasa Indonesia.
Disusun oleh Twang Peck Yang, mantan Lektor di Department Of Chinese Studies, National University of Singapura. Selain buku ini, ia juga menulis Internal Dynamics of Totok Chineese Politics in Indonesia, 1950-1954, yang tersimpan di perpustakaan Monash University Australia.
Buku Elite Bisnis Cina di Indonesia dan Masa Transisi Kemerdekaan 1940-1950 ini memusatkan bahasan pada peran bisnis Cina dan munculnya persekutuan antara pengusaha Cina, yang sebagian besar adalah kaum totok, dengan kalangan revolusioner Indonesia.
Dikuak di dalamnya bentuk persekutuan mereka yang tercermin penyelundupan-penyelundupan yang sangat berbahaya yang banyak dilakukan pada era 1940-an.
Tan Tek Hay dengan NV Landbouw Maatschapij Waringin yang berdiri tahun 1904 dibahas pada halaman 47 dari buku ini.
Ditulis dengan berbasis riset dokumenter dan sumber-sumber lisan, buku yang padat, referensial, dan berwawasan ini juga membuktikan -kebenaran adanya transformasi komunitas pedagang Cina pada periode tersebut, dari komunitas yang didominasi Cina peranakan berpendidikan Belanda menuju komunitas yang dikuasai oleh Cina totok yang memiliki hubungan lebih baik dengan pihak penguasa Indonesia.
Disusun oleh Twang Peck Yang, mantan Lektor di Department Of Chinese Studies, National University of Singapura. Selain buku ini, ia juga menulis Internal Dynamics of Totok Chineese Politics in Indonesia, 1950-1954, yang tersimpan di perpustakaan Monash University Australia.
Untuk melihat gambar yang lebih besar / lebih jelas,
click pada gambar yang akan dilihat.
(sudah termasuk ongkos kirim lewat TIKI atau Pos Indonesia)
Keterangan lebih lanjut mengenai pembelian, pengiriman barang,
cara pembayaran dll. silahkan hub. HP. 021.9471.2076
atau e-mail: neneng1971@yahoo.com
Sudah Terjual
click pada gambar yang akan dilihat.
(sudah termasuk ongkos kirim lewat TIKI atau Pos Indonesia)
Keterangan lebih lanjut mengenai pembelian, pengiriman barang,
cara pembayaran dll. silahkan hub. HP. 021.9471.2076
atau e-mail: neneng1971@yahoo.com
Sudah Terjual
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar