Puisi: Jaka Satria

Bookmark and Share

NAFAS RINDU


Telah kunyalakan api di ujung rindu
jika kau mengerti tambahkan tetes rindumu
agar ia semakin semerbak
menjadi api cinta dalam jarak bahgia duka
luka liku suka cita
mari kita tambahkan lilin kecil di keliling taman hati
biarkan nafasmu dan nafasku
nafas kita
menjadi api yang tak pernah padam
dalam taman doa, kolam asmara
bunga-bunga dzikir malam kita

Rumcay FLP Sumut, Februari 2012



DOA CINTA PADA PAGI YANG BERANJAK


Ya Robbi
ini adalah rindu yang tak mungkin
kuikatkan di hatiku selain padaMu

Ya Robbi
ini adalah kasih yang kusemai
dan kutanam di jiwaku
hanya untukMu

Ya Robbi
inilah cinta
yang selalu kupasrahkan dalam doa
dan sujud padaMu

PadaMu Rabb ku
yang telah menutup mata hati dari kemolekan duniawi
dalam keteguhan menahan diri

Rumah Cahaya



PERAYAAN MAULID


Puisi adalah lantang suara perkenalan jiwa
di romantisme malam percintaan
Ku dengan hujan yang menjadi musik pengiring
dan gemuruh sahutan penghargaan.
Sungguh rindu ini Maha nikmatnya
untuk terus meneguk berkah anggur cintaMu
dalam perayaan malam yang hujan airmata doa, dan
hati yang telah basah.
Aku kekal di taman doa, taman rindu, taman cinta kita
Kekasih

Malam Maulid di Beranda Mesjid. 2012




PERTANYAAN TAK TERJAWAB

 
Ah, kenapa malam tak lari saja ke bibir pantai
lalu berenang
memecah hening di samudera luas
            menabur bunga mimpi
kemudian berharap pada zikir, agar lautan kembali terang
karangkarang bermekaran, ikanikan kegirangan
(laut masih tidur)
Huh, apa pagi tak bisa pindah ke hutan?
terlalu gersang tanpa dedaunan
            sujud dhuha tak lagi diritualkan
lalu, dimana bukitbukit tengadah
beragam doa
beragam kata

Pada siapa aku harus bertanya
Semua membisu.
Pada mu?

Rumah Cahaya, Desember 2011


{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar