Menulis Jadi Obat Galau

Bookmark and Share

Medan, (Analisa).
Menulis bagi kebanyakan orang merupakan hobi atau bahkan mata pencaharian. Berbeda dengan Abdilah Putera Siregar, karena menulis baginya adalah obat dari kegalauan. Obat dari sesak di dalam dada yang tidak bisa disembuhkan obat manapun, kecuali dengan menulis.

Pengakuan itu diungkapkanya dalam acara Talk Show Bersama FLP (Forum Lingkar Pena) Sumatera Utara dengan tema "Menulis adalah Nafasku" yang digelar masih dalam rangkaian Mukernas PKS 2012, di Panggung Utama Lapangan Benteng Medan, Minggu (25/3).

"Jujur hampir setengah bulan ini saya tidak menulis karena berbagai aktifitas. Saya merasa sesak dan tidak ada obatnya justru obatnya adalah menulis," katanya.

Menjawab tentang perkembangan menulis dan bakat menulisnya dan produktifitasnya yang tinggi saat ini, Abdilah mengatakan bahwa dia mengikut apa yang disebut Umar Bin Khatab. Umar selalu mengatakan, "Ajarkanlah kelurgamu dari pengecut menjadi pemberani dan berani menyampaikan itu dengan kebenaran".

"Saya fikir, dibilang produktif, saya kira saya tidak produktif tapi saya selalu ingat apa yang dikatakan Umar bin khatab dia mengatakan ajarkan kepada keluarganya agar yang dari pengecut menjadi pemberani. Jadi Islam mengajarkan anak pengecut jadi berani dan kita berani menyampaikan itu dengan kebenaran-kebenaran," ujarnya.

Ajaran Islam
Berdasarkan ajaran sahabat Nabi SAW tersebut, Abdilah juga menjalankan sesuatu dengan keberanian, sehingga apa yang dianggap tidak bisa akan diketahui kalau sudah dicoba. "Jadi kalau saya melihat sesuatu yang tidak saya sukai. Maka akan saya nyatakan dengan tulisan menulis, " katanya.

Pembicara lainnya Nurul Fauziah mengunggkapkan bahwa menulis seperti makan cokelat. "Bisa dibayangkan gimana kalau makan coklat, bagi penggemar coklat, begitulah kalau saya menulis," ujarnya.

Baginya, kalau tidak menulis, dia juga akan merasa galau. "Juga kegalauan itu bisa diatasi dengan menulis," ujar wanita yang sudah menulis beberapa novel ini.

Lain lagi tanggapan Rahmawati, yang bisa disapa "Kak Rara" ini. Dia menilai perkembangan tulis menulis dari masa ke masa, berkembang sangat pesat. "Dunia tulis menulis sejak saya SD hingga sekarang memang luar bisa dan juga FLP menjangkau dari tingkat kota kecil hingga internasional," Kata perintis FLP ini bangga.

Dipandu oleh Cipta Arief Wibawa sebagai pembicara. Ada Lima pembicara yang dihadirkan di sana, yaitu M. Nurul Fadli, Nurul Fauziah, Win RG, Rahmawati, dan Abdilah Putra Siregar. Yang dipandu oleh Cipta Arief Wibawa sebagai pembawa acara.

Sementara Musikalisasi puisi dari FLP Sumut, Cahaya Deli, juga ikut meramaikan talk show tersebut. Suasana talk show tampak begitu hidup dan penuh dengan energi positif. "Itu semua karena para pembicara yang begitu piawai mengisi acara bertemakan tulis-menulis, pun pembawa acara dan didukung oleh panitia penyelenggara yang tertata rapi," kata salah seorang penonton. (maf)

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar