Buku kuno yang sangat langka, masih ditulis tangan (hand written) dalam bahasa jawa kuno, dihiasi dengan gambar2 dan frame dengan motif Oriental China

Bookmark and Share





















Buku ukuran besar dan cukup tebal.
Walaupun ditulis tangan dalam bahasa jawa kuno, tetapi dihiasi dengan gambar2 dan frame dengan motif Oriental China.
Terdapat lukisan Naga dan hewan legenda China yaitu Qi Lin.
Hal ini mengingatkan saya kepada Laksamana / Jenderal Angkatan Laut dari jaman China kuno pada Dynasty Ming yang bernama Laksmana Cheng Hoo yang dimasa lalu mengunjungi banyak tempat di Nusantara terutama Pulau Jawa.
Mungkin sekali buku ini adalah peninggalan dari masa dimana Cheng Hoo menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.
Beberapa tahun lalu film sinetron  tentang Laksmana Cheng Hoo sudah ditayangkan di TV Indonesia dengan bintangnya adalah mantan Menteri Kehakiman Yusril Ihza Mahendra dan Wakil Gubernur Jawa Timur saat ini, Syaifulah Yusuf.
Cheng Hoo adalah Laksamana asal Cina yang beragama Islam.
Dalam perjalanannya di kawasan Asia Tenggara, Cheng Ho bukan hanya berdagang dan menjalin persahabatan, juga menyebarkan agama Islam.
Pada abad ke 15 pada masa Dinasti Ming (1368-1643) orang-orang Tionghoa dari Yunnan mulai berdatangan untuk menyebarkan agama Islam, terutama di pulau Jawa.
Yang kemudian Laksamana Cheng Ho (Admiral Zhang Hee) atau yang lebih dikenal
dengan nama Sam Poo Kong pada tahun 1410 dan tahun 1416 dengan armada yang dipimpinnya mendarat di pantai Simongan, Semarang.
Selain itu dia juga sebagai utusan Kaisar Yung Lo untuk mengunjungi Raja Majapahit
yang juga bertujuan untuk menyebarkan agama Islam.
Untuk mengenang perjuangan dan dakwah Laksamana Cheng Hoo, warga Tionghoa muslim ingin memiliki sebuah masjid dengan gaya Tionghoa, maka pada tanggal 13 Oktober 2002 diresmikan Masjid dengan arsitektur Tiongkok ini.
Masjid Muhammad Cheng Hoo ini mampu menampung sekitar 200 jama'ah, berdiri diatas tanah seluas 21 x 11 meter persegi dengan luas bangunan utama 11 x 9 meter persegi.
Masjid Muhammad Cheng Hoo juga memiliki delapan sisi dibagian atas bangunan utama. Ketiga ukuran atau angka itu ada maksudnya. Maknanya adalah angka 11 untuk ukuran Ka'bah saat baru dibangun, angka 9 melambangkan Wali Songo dan angka 8 melambangkan Pat Kwa (keberuntungan/ kejayaan dalam bahasa Tionghoa).
Perpaduan Gaya Tiongkok dan Arab memang menjadi ciri khas masjid ini.
Arsitektur Masjid Cheng Ho di ilhami Masjid Niu Jie (Ox Street) di Beijing yang dibangun pada tahun 996 Masehi.
Gaya Niu Jie tampak pada bagian puncak, atau atap utama, dan mahkota masjid.
Selebihnya, hasil perpaduan arsitektur Timur Tengah dan budaya lokal, Jawa.
Sumber: Wikipedia


Sastra Jawa Kuno meliputi sastra yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno pada periode kurang-lebih ditulis dari abad ke-9 sampai abad ke-14 Masehi,
dimulai dengan Prasasti Sukabumi.
Karya sastra ini ditulis baik dalam bentuk prosa (gancaran) maupun puisi (kakawin).
Karya-karya ini mencakup genre seperti sajak wiracarita, undang-undang hukum, kronik (babad), dan kitab-kitab keagamaan. Sastra Jawa Kuno diwariskan dalam bentuk manuskrip dan prasasti. Manuskrip-manuskrip yang memuat teks Jawa Kuno jumlahnya sampai ribuan,
sementara prasasti-prasasti ada puluhan dan bahkan ratusan jumlahnya.
Meski di sini harus diberi catatan bahwa tidak semua prasasti memuat teks kesusastraan.
Karya-karya sastra Jawa penting yang ditulis pada periode ini termasuk Candakarana,
Kakawin Ramayana dan terjemahan Mahabharata dalam bahasa Jawa Kuno.
Karya sastra Jawa Kuno sebagian besar terlestarikan di Bali dan ditulis pada naskah-naskah manuskrip lontar.
Walau sebagian besar sastra Jawa Kuno terlestarikan di Bali, di Jawa dan Madura
ada pula sastra Jawa Kuno yang terlestarikan.
Bahkan di Jawa terdapat pula teks-teks Jawa Kuno yang tidak dikenal di Bali.
Penelitian ilmiah mengenai sastra Jawa Kuno mulai berkembang pada abad ke-19 awal
dan mulanya dirintis oleh Stamford Raffles, Gubernur-Jenderal dari Britania Raya yang memerintah di pulau Jawa.
Selain sebagai seorang negarawan beliau juga tertarik dengan kebudayaan setempat.
Bersama asistennya, Kolonel Colin Mackenzie beliau mengumpulkan dan meneliti naskah-naskah Jawa Kuno.
Prasasti tertua dalam bahasa Jawa Kuno berasal dari tahun 804, namun isinya bukan merupakan teks kesusastraan.
Teks kesusastraan tertua pada sebuah prasasti terdapat pada Prasasti Siwagreha yang ditarikh berasal dari tahun 856 Masehi.
Sedangkan naskah manuskrip tertua adalah sebuah naskah daun nipah yang berasal dari abad ke-13 dan ditemukan di Jawa Barat.
Naskah nipah ini memuat teks Kakawin Arjunawiwaha yang berasal dari abad ke-11.
Banyak teks dalam bahasa Jawa Kuno yang terlestarikan dari abad ke-9 sampai abad ke-14. Namun tidak semua teks-teks ini merupakan teks kesusastraan.
Dari masa ini terwariskan sekitar 20 teks prosa dan 25 teks puisi.
Sebagian besar dari teks-teks ini ditulis setelah abad ke-11.
Sumber: Wikipedia

Untuk melihat gambar yang lebih besar / lebih jelas,
click pada gambar yang akan dilihat.
Buku kuno dan langka ditulis tangan dalam bahasa jawa kuno,
kondisi buku: ada beberapa lembar pada halaman muka yang rusak karena sudah dimakan usia, cover buku ini pun sudah tidak ada
Dijual dengan kondisi apa adanya 

Keterangan lebih lanjut mengenai pembelian, pengiriman barang, cara pembayaran dll.
silahkan lihat keterangan yang ada di bagian bawah halaman Blog ini.
Sudah Terjual

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar