Baginda Nabi Besar Muhammad Saw., sebagaimana disebutkan dalam kitab Madarij ash-Shu’ud karya Syaikh Nawawi al-Bantani halaman 12, menurut pendapat yang unggul di kalangan ulama Ahlussunnah wal Jama’ah sesungguhnya Nabi Saw. lahir pada saat menjelang fajar hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah.
Dan sesungguhnya Allah Swt. mempunyai kehendak agar tiada seorang makhluk pun yang melihat aurat kekasihNya, sehingga Nabi Besar Muhammad Saw. dilahirkan dalam keadaan sudah terkhitan dan terputus tali pusarnya. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Sirah Ibnu Katsir juz 1 halaman 208:
عن ابن عباس عن أبيه العباس بن عبد المطلب رضي الله عنه قال : ولد رسول الله صلى الله عليه وسلم مختونا مسرورا
“Abbas bin Abdul Muthallib Ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Saw. lahir dalam keadaan sudah dikhitan dan terputus tali pusarnya (dalam keadaan bersih dan suci ).”
Juga telah disebutkan dalam kitab al-Khasha-ish al-Kubra karya al-Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abubakar as-Suyuthi juz 1 halaman 91:
أخرج الطبراني في الأوسط وأبو نعيم والخطيب وابن عساكر من طرق عن انس عن النبي {صلى الله عليه وسلم} انه قال من كرامتي على ربي اني ولدت مختونا ولم ير أحد سوأتي
“Anas bin Malik Ra. berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya diantara kemuliaan yang Allah Swt. limpahkan kepadaku adalah aku terlahir dalam keadaan sudah terkhitan. Sehingga tidak ada satu makhluk pun yang melihat auratku.” (HR. Abu Na’im, al-Khatib dn Ibnu ‘Asakir).
Bahkan ketika Nabi Saw. dilahirkan, Sayyidah Aminah Ra. dan Sayyidah Maryam As. sama sekali tidak melihat auratnya. Yang nampak terlihat hanyalah suatu cahaya yang sangat agung berkilauan. Tidaklah yang terlihat oleh ibundanya (Sayyidah Aminah) selain beliau Saw. sudah dalam keadaan bersih rapi dengan terselimuti sutera putih di atas hamparan sutera hijau dalam keadaan bersujud mengiba ke hadirat Allah Swt. dengan mengangkat jari telunjuknya dan mengucapkan:
ألله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا
“Allah Maha Besar dengan segala KeagunganNya. Segala puji bagi Allah atas segala anugerahNya, Maha Suci Allah kekal abadi selama-lamanya.”
Begitu pula ketika Nabi Saw. dalam asuhan Sayyidah Halimah as-Sa’diyyah Ra. Tidak ada seorangpun yang melihat auratnya. Karena setiap hari muncul cahaya dari langit, sebagaimana yang disaksikan sendiri oleh Sayyidah Halimah as-Sa’diyyah Ra. yang berkata: “Sesungguhnya setiap hari muncul cahaya dari langit kepada beliau Saw. dan tidak lama kemudian menghilang.”
Bahkan sesunguhnya istri-istri beliau Saw. pun tidak pernah melihat aurat Nabi Saw. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam kitab Subul al-Huda wa ar-Rasyad juz 9 halaman 72:
عائشة رضي الله تعالى عنها قالت: وما رأيت من رسول الله صلى الله عليه وسلم وما رأى مني
“Sayyidah Aisyah Ra. berkata: “Sesungguhnya aku tidak pernah melihat aurat Rasulullah Saw. Dan beliau Saw. pun tidak pernah melihat auratku.
Alhasil, mustahil bagi siapapun bisa melihat aurat Baginda Rasulullah Saw. Sebagaimana diriwayatkan dalam kitab Khashaish al-Kubra juz 2 halaman 411:
وأخرج ابن سعد والبزار والبيهقي من طريق يزيد بن بلال عن علي فإنه لا يرى أحد عورتي إلا طمست عيناه
“Dari Sayyidina Ali Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya tidak ada seorangpun yang bisa melihat auratku kecuali sebelumnya ia akan menjadi buta.”
Sumber: Silaturahmi
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar